PERCUTANUS CORONARY INTERVENTION ( PCI )
BAB I
PENDAHULUAN
A. SEJARAH
Sejak pertama kali prosedur Percutanus Coronary Intervention (PCI) dilakukan tahun 1977, PCI berkembang menjadi intervensi yang paling sering digunakan pada kasus Coronry Artery Desease (CAD). Teknik ini awalnya dikembangkan oleh Andreas Gruentzig di Swiss untuk penatalaksanaan pasien dengan Angina pectoris yang stabil sehingga sekarang menjadi intervensi revaskularisasi pada stenosis arteri coroner.
B. STATISTIK
Dalam decade ini di Amerika Serikat prosedur PCI telah meningkat tajam sampai lebih dari 300,000 pasien pada tahun 1990 (Charles Landau, Richard A. Lange, and L. David Hillis,N Engl J Med 1994; 330:981-993)
Tabel perbandingan terapi CABG dan PTCA
George A III Stouffer, MD, Henry A Profesor di (htpp://www.emedicine.medscape.com/article/161446-overview)
End Point | Pocock et al * | Pocock † et al | Bari Studi ‡ | |||
CABG § (N = 358) | PTCA (N = 374) | CABG (N = 1303) | PTCA (N = 1336) | CABG (N = 914) | PTCA (N = 915) | |
Kematian (%) | 0.3 | 1.9 | 2.8 | 3.1 | 10.7 | 13.7 |
Kematian atau MI | 4.5 | 7.2 | 8.5 | 8.1 | 11.7 | 10.9 |
Ulangi CABG | 1.4 | 16,0 II | 0.8 | 18.3 II | 0.7 | 20.5 II |
Ulangi CABG atau PTCA | 3.6 | 30,5 II | 3.2 | 34,5 II | 8.0 | 54,0 II |
Lebih dari angina ringan | 6.5 | 14.6 II | 12.1 | 17,8 II | ... | ... |
Singkatan | ‡ hasil Dilaporkan adalah untuk 5 tahun follow up.Pasien dengan penyakit multivessel dipelajari. § graft bypass arteri koroner II P <0,05 |
BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Angioplasty is the technique of mechanically widening a narrowed or obstructed blood vessel, typically as a result of atherosclerosis
Percutaneous coronary intervention (PCI), commonly known as coronary angioplasty is a therapeutic procedure to treat the stenotic(narrowed) coronary arteries of the heart found in coronary heart disease (http:// www.wikipedia.com/angioplasty)
Percutaneous coronary intervention / angioplasti koroner memiliki beberapa indikasi saat ini, termasuk angina tidak stabil, infark miokard akut (MI), dan penyakit multivessel arteri koroner. Dengan kombinasi peralatan yang canggih, operator berpengalaman, dan terapi obat modern, PCI telah berkembang menjadi suatu modalitas tanpa pembedahan yang efektif untuk mengobati pasien dengan penyakit arteri koroner (George A III Stouffer, MD, Henry A, Profesor, htpp://www.emedicine.medscape.com/article/161446-overview)
Percutaneous Coronary Intervention adalah suatu prosedur / tindakan untuk membuka arteri koroner yang mengalami penyumbatan (stenosis)
B. INDIKASI KLINIS PCI
· Akut ST Elevasi Myocardial Infarction (STEMI)
· Non ST Elevasi Myocardial Ifarction (NONSTEMI)
· Unstable Angina Pectoris
· Gagal trombolitik
C. KONTRAINDIKASI PCI
Mutlak: peralatan dan fasilitas yang kurang memadai
Relatif:
a. CHF yang tidak terkontrol, BP tinggi, aritmia
b. Gangguan elekrolit
c. Infeksi ( demam )
d. Gagal ginjal
e. Perdarahan saluran cerna akut/anemia
f. Stroke baru (< 1 bulan)
g. Intoksikasi obat-obatan (seperti : Kontras )
h. Pasien yang tidak kooperatif
i. Usia kehamilan kurang dari 3 bulan
D. KOMPLIKASI
Utama:
a. Diseksi aorta
b. Perforasi, tamponade
c. Gagal jantung
d. Reaksi kontras (alergi, nefrotoksik)
e. Gangguan hantaran irama (blok)
f. Perdarahan
g. Infeksi
h. Gangguan vaskuler (pseudoaneursma)
Lainnya:
a. Kematian (< 0.2 %)
b. Stroke (< 0.5 %)
c. Infark Miokard (< 0.5 %)
d. Takikardi ventrikel, dan aritmia utama lainnya (<1 %)
E. PUNCTURE AREA
· Arteri femoralis
· Arteri brachialis
· Arteri radialis
F. PERSIAPAN SEBELUM PCI
FISIK :
n Tanda-tanda vital
n Pemeriksaan penunjang
n Terapi obat
n Puasa 4jam & bebaskan area penusukan (cukur-cukur bulu)
n Cek pulsasi perifer
n Allen test (jika melalui Arteri Radialis)
n Keluhan pasien saat ini
ADMINISTRASI :
n Surat izin tindakan
n Surat jaminan
MENTHAL :
n Penjelasan tentang tujuan, mamfaat, resiko , prosedur
n Komunikasikan & ajarkan à dilakukan pasien [ tarik nafas, batuk , alergi kontras, keluhan negatif
G. PROSEDUR PCI
TEAM PCI :
• Operator (dokter)
• Perawat (scrub, monitoring, on lop / 3 orang)
• Radiografer
PROSEDURE :
• PCI dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi (”Cath Lab”) yang menyerupai ruang operasi. Disana pasien akan dibaringkan di meja dan dihubungkan dengan suatu alat yang memonitor irama jantung pasien secara terus-menerus.
• Sebuah daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat paha pasien (tergantung daerah yang akan digunakan) dibersihkan dan disterilkan. Daerah tersebut akan ditutup dengan kain steril.
• Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan pasien. Digunakan anestesi lokal karena pasien harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter.
• Jarum akan ditusukkan kedalam arteri yang digunakankemudian guide wire akan dimasukkan melalui jarum. Jarum dilepas
• Sheet kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian sheet kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf dalam pembuluh darah, maka pasien tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam tubuh.
• Waktu prosedur darah biasanyan akan di encerkan dengan antikoagulan (heparin) untuk mencegahpembentukan bekuan darah saat prosedur
• Ketika sheet kateter sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke dalam sheet kateter. Gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di monitor televisi dan direkam dalam film.
• Pemberian zat kontras kadang memberikan efek : nausea, sakit kepala, palpitasi, perasaan seperti melayang, dan seperti mau buang air kecil.
• Guide wire akan ditempatkan pada arteri koroner yang mengalami stenosis, kemudian balon dikembangkan sehingga stenosis atau plaque di arteri koroner akan terdorong kedinding arteri dan arteri terbuka
• Saat balon dikembangkan kemungkinan anda akan mengalami nyeri dada, tapi akan hilang saat balon dikempiskan
• Sebelum balon dikempiskan pastikan darah sudah mengalir dengan baik dapat dilihat dari monitor x-ray
• Pada stenosis yang dibuka akan di pasang stent untuk mancegah terjadinya restenosis (1 dari 3 orang dalam waktu 3 sampai 6 bulan)• Jika terjadi diseksi arteri koroner sehingga darah akan membeku dan menutup arteri koroner, biasanya akan dipasang stent
• Seluruh pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 1jam.
• Pasien dapat melihat prosedur dri monitor x-ray
• Bila melalui trans radial sheet kateter dilepas dan daerah penusukan akan ditekan TR-band/Niciban agar darah tidak keluar selama 4 jam.
• Jika melalui arteri femoralis/brachialis sheet kateter akan dilepas 4-6jam setelah tindakan selesai atau setelah nilai ACT kurang dari 100
• Selanjutnya tempat panusukan akan dibebat dengan elastis perban, pasien tidak diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama 4-6 jam. Bila pendarahan sudah berhenti, umumnya pasien dapat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dokter akan menjelaskan hasil PCI dan pengobatan selanjutnya.
H. OBSERVASI SETELAH TIDAKAN
n Observasi perdarahan dan haematoma
n Observasi tanda –tanda vital
n Perubahan ekg 12 lead
n Observasi keluhan pasien dan kondisi klinis (nyeri dada)
n Observasi hasil laboratorium ( creatinin = gangguan ginjal karena zat kontras, ckmb = cedera otot jantung)
n Observasi efek alergi kontras
n Observasi gangguan sirkulasi perifer (pulsasi arteri dorsalis pedis, tibialis, radialis)
n Observasi hypovolemi
n Hidrasi sesuai kebutuhan
n Observasi terjadi infeksi
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PCI
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERCUTANUS CORONARY INTERVENTION
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan koping individu sekunder kurang pengetahuan terhadap penyakitnya dan prosedur PCI
Ditandai dengan pasien menyatakan cemas dengan penyakit dan rencana prosedur PCI, wajah tegang, gelisah, Heart Rate meningkat, tekanan darah meningkat
Tujuan rencana keperawatan pasien tidak cemas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam
Intervensi keperawatan :
a. mendamping pasien dan keluarga saat dr Yani menjelaskan tentang penyakitnya dn rencana prosedur PCI
b. memberikan surat ijin tindakan dan surat jaminan untuk di tandatangani dan diurus sesuai jaminan
c. menjelaskan kepada pasien persiapan prosedur PCI (puasa 4 jam sebelum prosedur, cukur-cukur daerah punksi sheet catheter, pemeriksaan laboratorium, pemasang condom catheter, pemberian therapy obat2an)
d. memberikan therapy aspilet loading peroral 320 mg dikunyah peroral dilanjutkan plavix 600 mg peroral
e. memberikan injeksi integrilin bolus 14,9ml dilanjut dengan drip 10ml/hari
f. mengingatkan kembali kepada pasien untuk tetap puasa sampai saat prosedur
g. mencukur-cukur daerah femoralis, simpisis pubis dan radialis kiri
h. memasang kondom Catheter
i. menganjurkan keluarga pasien untuk memberi dukungan, mendampingi dan berdoa untuk keberhasilan prosedur PCI dan kesembuhan pasien sesaat sebelum prosedur PCI
j. berkolaborasi dengan dokter untuk obat anti depresan : diazepam 5mg kalau perlu
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan invasive dan pemberian antikoagulan (heparin)
Ditandai dengan adanya perdarahan pada area penusukan sheet kateter, kulit pucat, akral dingin, tekanan darah turun, palpitasi, kadar haemoglobin turun, ACT dan APTT memanjang
Tujuan rencana keperawatan : tidak terjadi perdarahan setelah tindakan keparawatan selama 1 X 24 jam
Intervensi keperawatan :
a. Mencatat banyaknya perdarahan dan yang terjadi saat prosedur PCI
b. mengobservasi dan mencatat adanya perdarahan dan haematoma pada luka penusukaan sheet kateter setiap 30 menit
c. mengobservasi dan mencatat perubahan haemodinamik : tekanan darah menurun, nadi meningkat
d. mengobservasi dan mencatat adanya perubahan warna kulit, akral pasien
e. Untuk sheet kateter pada femoralis dan brachialis cek ACT setelah 4 jam selesai tidakan sebelum aff sheet
f. membebat luka setelah aff sheet dengan elastic perband melebihi setengah sisi paha atau brachial
g. menganjurkan pasien untuk tidak beraktifitas menggunakan anggota tubuh yang digunakan untuk prosedur PCI selama 6 jam etelah aff sheet
3) Resiko penurunan Cardiak out-put berhubungan dengan penurunan hipovolemi (preload)
Ditandai dengan adanya penurunan tekanan darah, akral dingin, keluar keringat dingin, heart rate menngkat, kulit pucat, perubahan status mental.
Tujuan rencana keperawatan : fungsi jantung/cardiak out-put meningkat adequat setelah tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Intervensi keperawatan :
a. Mencatat/mengobservasi TTV, HR,TD,RR, terutama adanya hipotensi, dan mewaspadai penurunan sistole/diastole
b. Mencatat/observai adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi respon pasien
c. Mengobservasi perubahan status mental/orientasi/gerakan reflek tubuh/gelisah
d. Mencatat kualitas nadi perifer dan suhu kulit dengan cara meraba nadi perifer
e. Mengukur dan catat intake-output balance cairan selama 24 jam
f. Mendorong keluarga dan membantu keluarga dalam memenuhi aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan pasien
g. Mengkaji ulang ECG secara berseri setiap 24 jam dengan melakukan pemeriksaan ECG 12 Lead setiap hari disamping tetap memasang monitor ECG dan memantaunya
Kolaborasi:
a. Memberikan Oksigen sesuai indikasi
b. Memberikan cairan lewat IV line sesuai indikasi
c. Memberikan obat-obatan baik intra vena dan per oral sesuai indikasi
d. Memantau CVP setiap 2 jam
4) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan iskemia miokard
Ditandai dengan pasien menyatakan nyeri dada, gelisah, heart rate meningkat, tekanan darah meningkat .
Tujuan rencana keperawatan : nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam
Intervensi keperawatan :
a. Mengkaji tingkat nyeri dada dan abdomen, dengan pemeriksaan fisik dan anemnesa ke pasien.
b. Megobservasi adanya cemas/gelisah pada pasien
c. Mencatat/pantau TTV (TD,N,RR,S) setiap jam
d. Memberikan posisi yang nyaman dan ajarkan tehnik relaksasi yaitu tarik nafas dalam dan batuk efektif.
e. Membantu dan mendorong keluarga untuk aktif dan member dukungan selama perawatan diri pasien
f. Mendampingi pasien saat dokter menjelaskan tentang penyakit pasien dan prosedur PCI
g. memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan prosedur PCI kepada pasien dan keluarga
h. Kolaborasi: memberikan obat anti nyeri dan cemas yaitu: parasetamol, diazepam oral sesuai dosis
5) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan dan pemasangan alat – alat invasive
Ditandai dengan : pasien merasa demam, suhu tubuh lebih dari 37,5◦C, adanya kemerahan pada luka tusuk sheet kateter, peningkatan leukosit
Tujuan rencana perawatan : tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 X 24jam
Intervensi perawatan :
a. Gunakan teknik steril saat melakukan prosedur PCI
b. Gunakan teknik steril dan benar saat melakukan pencabutan sheet catheter
c. Rawat luka aff sheet kateter dengan teknik aseptic
d. Monitor tanda-tanda vital termasuk suhu tubuh tiap 4jam
e. Monitor adanya kemerahan, pembengkakan, haematoma, dan rasa hangat pada luka penusukan sheet kateter
f. Cek infeksi marker bila ada tanda-tanda infeksi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy sesuai kondisi pasien
BAB IV
STUDI KASUS
A. DATA DEMOGRAFI.
· NAMA :Tn.F
· NO.MR :2011.30.31.24.
· UMUR :67 tahun
· RUANG :Observasi UGD RSJHK
· DIAGNOSA : NSTEMI OLD Infark Inferior killip II
· SEX :laki-laki
· Pendidikan :SLTA
· AGAMA :Islam
· Tgl.Masuk :16-02-2011
· STATUS :Menikah
· Jam :07.00 wib
· Tinggi Badan : 160cm
· BB : 55 kg
B. PENGKAJIAN tanggal 17-02-2011 pkl 08.00 WIB
· Keluhan utama: pasien menyatakan nyeri dada masih terasa, seperti tertimpa benda berat, skala nyeri 5, lemes, takut akan penyakitnya dan takut akan rencana akan dilakukan prosedur PCI
· Riwayat penyakit sekarang : pasien mengeluh sesak nafas selama 18hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri dan sesak bertambah bila beraktivitas lalu berobat. Selama 7 hari pasien dirawat di RS Pontianak dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada di nyatakan sakit jantung, pasien sudah diberi obat tapi keluhan tetap ada , lalu pasien dirujuk ke RSJHK
· Riwayat penyakit dahulu : DM (+), dislipidemia (+), Hipertensi (-),
Gastritis (-), Stroke (-), asma (-), obesitas (-)
· Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang meninggal mendadak
· Kebiasaan : merokok (-), minum alcohol (-), minum jamu (-)
Ø Pola nutrisi : pola nutrisi pasien di rumah sakit diit yang diberikan DJ II DM 1800kcal / 24jam, total cairan 2000cc/24jam
Ø Pola eliminasi : pola eliminasi selama dirawat pasien BAK 150cc/jam dan belum BAB hari ini, terkhir BAB kemarin pagi
Ø Pola aktivitas : saat di RSJHK pasien bedrest karena masih mengeluh sesak dan nyeri dada, aktivitas di bantu perawat dan keluarga
Ø Pola pernafasan : pergerakan dada simetris, pasien terlihat agak sesak dengan O2 binasal 3liter/menit, Respirasi rate 30X/menit, dengan saturasi perifer 92%
Ø Pola istirahat tidur : selama di RSJHK pasien masih dapat tidur 8 jam tidur siang 1-2jam
Ø Pola psikososial : pasien menyatakan takut akan penyakitnya dan rencana akan dilakukan prosedur PCI, pasien terlihat gelisah, muka tampak tegang.
Ø Pemeriksaan fisik :
o Data klinis: Keadaan umum pasien terlihat sakit sedang, kesadaran compos menthis, Tanda tanda vital : BP: 90/60mmhg, HR: 80X/menit, RR: 26 X/menit, Satursi perifer: 92%
o Leher : tidak ada peningkatan JVP
o Thoraks : irama nafas teratur, pergerakan dada simetris,
Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi pulmonal vesikuler, wheezing(-), ronkhi (-)
o Abdomen : bising usus (+), tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan pembesaran hati
o Ekstrimitas motorik : tidak ada kelemahan, kekuatan 5/5, akral hangat, mobilisasi ditempat tidur mandiri, oedema tungkai -/-
Ø Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium tanggal 17-2-2011 pkl 05.30 wib
Hb : 12,1 gr/dl
Ht : 36 vol%
Trombosit : 375.000
Leukosit : 5880/ul
Ureum : 56 mg/dl
Creatinin : 1,1 mg/dl
BUN : 26 mg/dl
GDS : 107mg/dl
Na : 141mmol/L
K : 4,1 mmol/L
Cl : 107mmol/L
Mg :2,1 mmol/L
Ca : 2,6 mmol/l
CKMB : 19u/l
Trop T : < 0,03 mg/ml
o Elektrokardiogram : sinus rithm dengan old infark inferior dengan new LBBB
o Foto Thorax : CTR 57%, segmen Aorta Normal, segmen pulmonal Normal, pinggang jantung (+), apex downward, infiltrate (-)
o Echo : EF : 24%
Ø Therapy :
o Valsartan 1 X 80 mg
o Furosemid tablet 1 X 40 mg
o Aspilet 1 X 80 mg
o Simvastatin 1 X 20 mg
o Lovenox Injeksi (SC) 2 X 0,6cc
o Diazepam 5mg K/P
Resiko haematoma, infeksi, perdarahan |
PTCA/PCI : Insertion guide wire Pemberian heparin Pemberian zat kontras Pengembangan balon & stent pada stenosis/plaque Pencabutan sheet |
Dislipidemia (hiperkolesterol) |
Diabetes Militus |
CO menurun, tek diastolik menurun, peningkatan tekanan arteriol koroner dan tek intra miokard |
Aliran darah melambat |
Thrombosis arteri koroner |
Penurunan penggunaan insulin dan glikogenesis |
Penumpukan lipid dalam pembuluh darah termasuk koroner |
Arteroklerosis arteri kororoner |
C. ANALISA DATA
1) DS : Pasien menyatakan takut dengan keadan penyakitnya
Pasien menyatakan takut dengan prosedur PCI
DO : Raut muka pasien terlihat tegang
Pasien terlihat gelisah
Diagnosa Keperawatan : Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan koping individu sekunder kurang pengetahuan terhadap penyakitnya dan prosedur PCI
intervensi :
Ø Dampingi pasien dan keluarga saat dokter menjelaskan tentang penyakitnya dn rencana prosedur PCI
Rasional : dengan mendampingi pasien saat dijelaskan oleh dokter kita bisa memastikan bahwa pasien telah mengerti tentang panyakit dan prosedur yang akan dilakukan dan bisa mengingatkan dokter sekiranya ada yang belum dijelaskan sehingga pasien lebih mengerti dan menerima apa yang akan dilakukan berikutnya akan berefek status kesehatan yang lebih baik
Ø Jelaskan kepada pasien persiapan prosedur PCI (puasa 4 jam sebelum prosedur, cukur-cukur daerah punksi sheet catheter, pemeriksaan laboratorium, pemasang condom catheter, pemberian therapy obat2an
Rasional : dengan menjelaskan dahulu persiapan prosedur PCI pasien tidak akan cemas dan terganggu saat tindakan dikerjakan
Ø Laksanakan persiapan prosedur PCI
Rasional : semua persiapan prosedur pada intinya gar pasien nyaman saat prosedur dikerjakan
Ø Anjurkan keluarga pasien untuk memberi dukungan dan berdoa bersama pasien sebelum prosedur PCI
Rasional : dukungan dari orang yang dikenal menambah rasa percaya diri dan doa membuat seseorang merasa lebih siap dan pasrah (anergi positif) dengan yang akan terjadi
Ø Kolaborasi dengan dokter untuk obat anti depresan
Rasional : dengan obat anti depresan pasien dapat tidur
2) DS : Pasien menyatakan nyeri dada dan sesak nafas sudah 7 hari sejak di
rawat di RS. Pontianak,
pasien menyatakan nyeri bertambah bila beraktivitas
DO : BP: 90/60mmhg, HR: 80X/mnt, RR : 26 X/menit, Saturasi O2: 92%, gambaran EKG old infark inferior,skala nyeri 5,expresi wajah tampak tegang.
Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan tidak sesuaian suplai O2 ke jantung sekunder terhadap iskemik miokard.
Intervensi :
Ø Kaji skala, frekwensi dan durasi nyeri dada dan abdomen.
Rasional : menentukan tingkat keparahan penyebab nyeri dada dan
abdomen, nyeri dada timbul Karen( inefektif dari suplai darah ke
jantung, nyeri abdomen dikarenakan adanya pembesaran dari hati
hal ini disebabkan adanya pembendungan vena portal sehingga
membuat arus balik dari sistem sirkulasi
Ø Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Sebagai pantau kestabilan dari hemodinamik dan respon tubuh
secara dini
Ø Beri posisi nyaman dan aman,ajarkan tehnik relaksasi napas dalam
Rasional : dengan posisi yang nyaman pasien diharapkan dapat beristirahat, dengan teknik napas yang benar diharapkan O2 yang masuk ke tubuh dan jantung lebih banyak sehingga mengurangi nyeri dada dan menglihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
Ø Bantu perawatan diri
Rasional : mengurang streesor penyebab nyeri, karena dengan aktivitas semakin banyak oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh
Ø Kolaborasi therapy analgetik
Rasional : obat-obat analgetik bersifat menekan system saraf pusat penyebab nyeri
3) DS : Pasien menyatakan nyeri dada dan sesak nafas sudah 7 hari sejak di rawat di RS Pontianak
pasien menyatakan sesak bertambah bila beraktivitas, badan terasa lemes
DO: BP: 90/60mmhg, HR: 80X/mnt , RR : 26 X/menit
Saturasi O2: 92%
gambaran EKG old infark inferior
Diagnosa keperawatan : Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan hipovolemi (preload)
Intervensi :
Ø Catat dan pantau Tanda – tanda vital terutama adanya hipotensi
Rasional : adanya hipotensi menunjukan adanya disfungsi ventrikel dan
perubahan TTV menunjukan adanya fenomena ketidakseimbangan kerja jantung, sistempernafaasan dlam memenuhi kebutuhan tubuh
Ø Catat dan observasi adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi respon pasien
Rasional : : disritmia menunjukan kelainan kontraktilitas jantung, disamping
juga adanya penurunan kualitas denyut nadi, semua menunjukan
kualitas aliran darah secara sistemik, bila ada kelainan-kelainan
tersebut dapat dipantau secara berlanjut
Ø Observasi perubahan status mental, orientasi, gerakan reflek tubuh, gelisah
Rasional : adanya perubahan mental dan tingkat kesadaran dapat terjadi
bila oksigenasi ke otak menurun, hal ini dapat terjadi karena kondisi
sirkulasi yang tidak adequate
Ø Catat kualitas nadi perifer dan suhu kulit
Rasional : : Nadi perifer memberikan indikasi adanya sirkulasi sistemik, bila
nadi perifer tidak teraba menunjukan aliran darah ke perifer tidak
adequat, demikian juga kenaikan/penurunan suhu kulit sebagai
indikasi sirkulasi perifer adequat/tidak
Ø Ukur dan catat intake output balance cairan
Rasional : Cardiac Out-put merupakan volume darah hasil dari pompa ventrikel,
dengan penurunan Cardiac output dapat diindikasikan adanya kekurang cairan, maka penting untuk tetap menghitung balance cairan
Ø Bantu aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan pasien
Rasional : : Mengurangi dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan
oksigen dan suplai oksigen
Ø Kaji ulang EKG secara berseri setiap 24jam
Rasional : EKg berseri dapat melihat perkembangan dan kelainan kerja
jantung secara bertahap
Ø Laporkan adanya hipotensi dan adanya ketidak seimbangan cairan
Rasional : adanya hipotensi menunjukan ketidakseimbangan cairan, dan ini
menyebakan oksigenasi ke sistemik tidak adekuat, perlu dicatat dan
dilaporkan untuk mendapat terapi lebih lanjut
Ø Kolaborasi : pemberian O2 sesuai indikasi, pemberian cairan via IV line sesuai program, pemberian obat-obatan inotropik, digitalis sesuai program.
Rasional :pemberian O2 Memberikan support tambahan kebutuhan oksigen secara manual sesuai kebutuhan Oksigen jaringan dan agar kerja jantung dapt mengimbangi suplai dan kebutuhan O2 secara adequat
Pemberian IV line disamping menjaga keseimbangan cairan dan mencegah terjadinya kekurangan cairan karena fungsi sistemik cairan yang tidak adekuat, fungsi lai untuk memudahkan memberikan injeksi obat secara cepat dan efisien
Obat inotropik meningkatkan kontraktilitas jantung dan mengatasidisritmia jantung
D. IMPLEMENTASI
1) Diagnosa keperawatan : Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan koping individu sekunder kurang pengetahuan terhadap penyakitnya dan prosedur PCI
Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam pasien diharapkan tidak cemas dengan kriteria hasil :
Pasien menyatakan tidak cemas lagi
Pasien memahami tentang penyakitnya dan prosedur PCI
Pasien siap dilakukan prosedur PCI
Raut wajah tidak tegang
Pasien tidak gelisah
Implementasi:
k. mendamping pasien dan keluarga saat dr Yani menjelaskan tentang penyakitnya dn rencana prosedur PCI
l. memberikan surat ijin tindakan dan surat jaminan untuk di tandatangani dan diurus sesuai jaminan
m. menjelaskan kepada pasien persiapan prosedur PCI (puasa 4 jam sebelum prosedur, cukur-cukur daerah punksi sheet catheter, pemeriksaan laboratorium, pemasang condom catheter, pemberian therapy obat2an)
n. memberikan therapy aspilet loading peroral 320 mg dikunyah peroral dilanjutkan plavix 600 mg peroral
o. memberikan injeksi integrilin bolus 14,9ml dilanjut dengan drip 10ml/hari
p. mengingatkan kembali kepada pasien untuk tetap puasa sampai saat prosedur
q. mencukur-cukur daerah femoralis, simpisis pubis dan radialis kiri
r. memasang kondom Catheter
s. menganjurkan keluarga pasien untuk memberi dukungan, mendampingi dan berdoa untuk keberhasilan prosedur PCI dan kesembuhan pasien sesaat sebelum prosedur PCI
t. berkolaborasi dengan dokter untuk obat anti depresan : diazepam 5mg kalau perlu
2) Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan tidak sesuaian suplai O2 ke jantung sekunder terhadap iskemik miokard
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak ada nyeri dada dengan kriteria hasil :
Pasien menyatakan tidak ada nyeri dada
Pasien mampu menjalankan teknik relaksasi nafas dalam
Skala nyeri 0
Pasien tidak bergantung dengan obat – obatan untuk mengurangi nyeri dada
Dapat beraktifitas tanpa keluhan nyeri dada
implementasi :
Ø mengkaji skala, frekwensi dan durasi nyeri dada dan abdomen.
Ø mengobservasi tanda-tanda vital tiap jam
Ø memberi posisi nyaman semi fowler
Ø mengajarkan tehnik relaksasi ambil nafas dalam dari hidung dan keluarkan dari mulut seprti bersiul jika nyeri timbul.
Ø membantu perawatan diri pasien waktu BAK
Ø berkolaborasi dengan dokter therapy O2 binasal 3liter/menit
3) Diagnosa keperawatan : Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan hipovolemi (preload)
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi penurunan Cardiac Output dengan kriteria hasil:
Tanda – tanda vital stabil
Pasien tidak sesak nafas
Balance cairan seimbang
Dapat beraktivitas tanpa keluhan sesak
Saturasi O2 perifer 100%
Implementasi :
Ø mengkaji skala, frekwensi dan durasi nyeri dada dan abdomen.
Ø mengobservasi tanda-tanda vital tiap jam
Ø memberi posisi nyaman semi fowler
Ø mengajarkan tehnik relaksasi ambil nafas dalam dari hidung dan keluarkan dari mulut seprti bersiul jika sesak nafas timbul
Ø membantu perawatan diri pasien waktu BAK
Ø berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy O2 binasal 3liter/menit
E. EVALUASI
1) Diagnosa keperawatan : Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan koping individu sekunder kurang pengetahuan terhadap penyakitnya dan prosedur PCI
S : - pasien menyatakan cemas berkurang setelah mendapat penjelasan dari dokter dan perawat mengenai penyakitnya dan prosedur PCI
- Pasien menyatakan lebih tenang setelah berdoa bersama keluarga
- Pasien menyatakan sudah paham dengan penyakitnya
- Pasien sudah tahu resiko prosedur PCI
O : - Pasien sudah tidak gelisah
- Raut muka tidak tegang
A : Masalah teratasi
P : pertahankan kondisi klien
2) Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan tidak sesuaian suplai O2 ke jantung sekunder terhadap iskemik miokard
S : - pasien menyatakan nyeri dada berkurang dari sebelumnya
O : - skala nyeri 2
- BP : 98/64 mmhg, HR : 78 X/ menit, RR : 24X/menit
- Ekspresi wajah tidak tegang
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi keperawatan
3) Diagnosa keperawatan : Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan hipovolemi (preload)
S : - pasien menyatakan sesak bekurang
- Pasien menyatakan badan masih lemes
O : - BP : 98/64 mmhg, HR : 78 X/ menit, RR : 24X/menit
- Saturasi perifer O2 98% dengan O2 binasal 3lpm
- Akral hangat
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi keperawatan
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
1) Pengkajian
Pada saat pengkajian kelompok mengalami kesulitan karena saat dikaji pasien sedang dalam kondisi sesak dan nyeri dada sehingga pengkajian adalah wawancara terhadap pasien dan keluarga, dank arena keterbatasan waktu pengkajian berkaitan dengan pasien terjadwal PCI pukul 10.30 WIB pengkajian sebagian bersift klarifikasi dari data sebelumnya
2) Pathflow yang dibuat pada asuhan keperawatan berdasarkan factor resiko yang ada pada Tn. F, tetapi diagnosa keperawatan Pra dan Post PCI tidak muncul karena asuhan keperawatan dilakukan pre PCI, setelah PCI pasien pindah ke ruang CVC
3) Analisa data diambil dari data subyektif dan obyektif saat pengkajian sehingga muncul 3 diagnosa yaitu Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan koping individu sekunder kurang pengetahuan terhadap penyakitnya dan prosedur PCI, Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan tidak sesuaian suplai O2 ke jantung sekunder terhadap iskemik miokard, Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan hipovolemi (preload)
4) Intervensi keperawatan yang dibuat sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul dan rasional sesuai intervensi keperawatan yang dikerjakan
5) Implementasi keperawatan : tidak semua rencana intervensi dikerjakan karena diesuaikan dengan kebutuhan pasien waktu asuhan keperawatan dilaksanakan dan terbatasnya waktu
6) Evaluasi : belum semua kriteria hasil dari diagnosa keperawatan dapat tercapai dikarenakan keterbatasan waktu asuhan (efektif 3,5jam)
No comments:
Post a Comment