Search This Blog

Tuesday, 19 April 2011

Asuhan Keperawatan Aorta Stenosis


AORTA STENOSIS


PENDAHULUAN
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang hamper selalu disebaban oleh demam rematik.tetapi sekarang banyk ditemukan penyakit katup jantung yang diakibatkan karena degenerative, berkaitan dengan meningkatnya masa hidup pada orang-orang di Negara berkembang, akan tetapi demam rematik masih merupakan penyebablajim deformias  katup yang memerlukan intervensi bedah.
Demam rematik timbul bila terjadi penurunan antibody namun patogensisnya belum diketahui.Pada kasus penyakit katup dibutuhkan pengantian katup, katup protese umuim dgunakan karena dapat bertahan lama, karena tidak tromogenik, tidak merusak komponen darah dan efek hemodinamik normal.
Berdasarkan data di RS Jantung Harapan Kita, pembedahan katup  menduduki urutan ketiga setelah bedah jantung kongenital dan CABG

TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
            Aorta stenosis adalah penyempitan pada lubang katup aorta yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Idrus Alwi,2005)
Ada beberapa kondisi yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, maka persoalan-persoalan jantung mulai berkembang.

B. ETIOLOGI
Menurut Brunner&Suddarth (2005) ada beberapa kondisi yang menimbulkan terjadinya stenosis pada aorta yaitu :
1. Kalsifikasi senilis / degenerative
     Sering terjadi pada individu diatas usia 65 tahun oleh karena proses degenerative.
2. Rheumatic Heart Disease
        Merupakan suatu penyakit inflamasi akut yang sering diawali dengan adanya peradangan pada faring (Saluran pernapasan atas) dan disebabkan oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A.Selain oleh adanya kuman, juga disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman tersebut. Demam reumatik dapat menyerang semua lapisan jantung dan katup karena Host pada jantung sama dengan saluran napas atas.
3. Kelainan Kongenital

 C. MANIFESTASI KLINIK
1. Pada tahap asimtomatik, stenosis aorta tidak menimbulkan gejala khas akan tetapi saat di aukultasi akan terdengar murmur sistolik di intercosta 2 dan intercosta 3 sebelah kanan sternum (paling keras terdengar di daerah apek dan aorta).
2. Pada tahap lanjut (simtomatik) maka aorta stenosis dapat menimbulkan gejala yang khas yaitu  nyeri dada, syncope dan Dyspnea
► Dyspnea : merupakan dekompensasi ventrikel kiri terhadap adanya kongesti paru
► Syncope : Terjadi akibat menurunnya cardiac output sehingga perfusi ke otak berkurang
►Angina : timbul akibat ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen miokard serta adanya pe urunan aliran darah koroner.
Gejala lain yang timbul yaitu palpitasi yang disebabkan oleh karena ventrikel kiri meningkatkan kekuatan denyutan jantung untuk memompa darah lebih banyak.Pada tahap lanjut maka akan timbul Gagal jantung kiri, akibat peningkatan beban ventrikel kiri sehingga otot jantung kiri mengalami hipertropi sebagai respon terhadap besarnya obstruksi dan bila obstruksi semakin membesar makam mengakibatkan penurunan fungsi jantung kiri.


D.    Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
            a. Pembesaran jantung ( CTR > 50%)
            b. Peningkatan Vaskularisasi Paru
            c. Kalsifikasi katup arota dapat terlihat pada pemeriksaan Flouroscopy
            d. Dilatasi aorta asenden dan dilatasi ventrikel kiri
2. Elektrokardiogram
            a. LVH ( Left Ventrikel Hypertropi)
            b. LBBB ( Left Bundle Branch Block)
            c. LAD ( Left axis Deviasi)
            d. Atrial Fibrilasi
3. Echocardiografi
Ditemukan adanya aorta stenosis, kalsifikasi pada daerah aorta, hipertropi ventrikel kiri dan atrium kiri membesar.
4. Kateterisasi
     a. Hemodinamik
Pada hemodinamik terjadi peningkatan tekanan sistolik ventrikel kiri dan LVEDP selain itu juga terjadi peningkatan PCWP dan terdapat perbedaan gradient tekanan ventrikel kiri dan aorta lebih dari 50 mmHg.
     b. Kalkulasi area katup aorta
     Normal : 3.0 – 3.5 cm²
     ► Midstenosis aorta : 1.0 – 1.5 cm²
     ► Moderate stenosis aorta: 0.85 – 1.0 cm²
     ► Severe stenosis aorta : < 0.85 cm²
                                                    
E. KOMPLIKASI
1. Kematian mendadak oleh karena aritmia ventrikel
2. Gagal jantung kiri
3. Gangguna sistem konduksi
4. Emboli
5. Endokarditis

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Paliatif
        Tindakan BAV ( Ballon Aortic Valvuloplasty) adalah memasukkan balon melalui septum atrial. Ballon dikembangkan dengan larutan angiografi cair dan lebih sering melalui aorta serta melintasi katup aorta dan ventrikel kiri. Ketika balon dikembangkan, katup aorta tidak akan menutup sama sekali sehingga memungkinkan aliran darah mengalir ke aorta. Namun prosedur ini  tidak efektif, hampir 50% dalam 12 -15 bulan pasca BAV  stenosis akan kambuh kembali (Brunner & Suddarth 2002). Prosedur ini bermanfaat sebagai tindakan jangka pendek / sementara, sebelum tindakan penggantian katup aorta.Tindakan ini akan meningkatkan ukuran dari katup aorta sekitar 0.5 – 0.8 cm² (Susan L Wood,2005).
Tindakan BAV dilakukan tergantung dari derajat (mid,moderate,severe) stenosis aorta, ada tidaknya penyakit penyerta (seperti vegetasi) dan usia.
2. Pembedahan
a. Repair
Proses Repair dibagi menjadi 2 yaitu anuloplasthy dan perbaikan bilah.
a.1 Anuloplasty
Anuloplasty adalah perbaikan annulus katup (jaringan yang menghubungkan antara bilah-bilah katup dengan otot jantung). Anuloplasty menggunakan 2 cara yang berbeda salah satunya dengan menggunakan cincin anuloplasty dimana bilah katup dijahitkan ke cincin dan membentuk annulus dengan ukuran yang diinginkan. Cara lain yaitu dengan cara mengikat bilah katup ke atrium atau membuat kerutan untuk menengangkan annulus.
a.2 Perbaikan Bilah
Bilah katup jantung yang mengalami pemanjangan, bergelembung atau berlebihan maka akan dibuang atau dipotong kelebihan dari jaringan tersebut. Jaringan yang memanjang dapat dilipat balik dan dijahit diatas jaringan itu sendiri (Plikasi Bilah). Bilah yang pendek biasanya diperbaiki dengan Cordoplasty (Perbaikan corad tandinae). Selain itu dapat pula dilakukan insisi berbentuk baji pada bagian tengah bilah yang kemudian celah yang ada dijahit (Reseksi bilah).
b. Replacement
Penggantian katup merupakan cara yang efektif untuk mengatasi stenosis aorta tahap lanjut (Severe) yang disertai gejala-gejala stenosis aorta seperti angina, syncope dan heart failure.
Penggantian katup tergantung pada status fungsional pasien, disfungsi ventrikel dan adanya vegetasi.
Penggantian katup menggunakan 4 macam katup prostetik, yaitu :
1) Katup Mekanik
Berbentuk bola dan cakram, lebih kuat dibandingkan dengan katup prostetik lainnya dan biasa digunakan pada pasien usia muda. Katup mekanik memerlukan antikoagulasi sepanjang hidup dengan pengencer darah seperti warfarin, untuk mencegah terjadinya tromboemboli.





     


   Mechanical valve      

                               
2) Xenograf
Adalah katup jaringan (Bioprosthesis atau heterograft) biassanya berasal dari babi, tapi dapat pula berasal dari katup sapi, viabilitasnya bisa mencapai 7 – 10 tahun. Tidak menyebabkan thrombus sehingga tidak memerlukan antikoagulan, umumnya digunakan untuk pasien usia >70 tahun dengan riwayat ulkus peptikum dan kontraindikasi terhadap antikoagulan serta pada wanita usia subur.

      Tissue valve


3) Homograf (Katup dari manusia)
Diperoleh dari donor, jaringan yang diambil dari katup aorta, katup pulmonal dan sebagian dari arteri pulmonalis yang disimpan secara kriogenik. Homograf sangat mahal dan tidak bersifat trombogenik.
4) Otograf
Diperoleh dengan memotong katup pulmonal dan sebagian arteri pulmonalis sebagai pengganti katup aorta.
                                                                           Sumber ; Brunner & Suddarth, 2005.
3. Medikamentosa
            a. Nitrogliserin Oral ( sublingual ) diberika bila ada angina
            b. Diuretik dan Digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung
            c. Statin dianjurkan untuk  mencegah kalsifikasi daun katup aorta
d. Antikoagulan, pada pasien menggunakan katup mekanik penggunaan antikoagulan 
    seumur hidup, sedangkan pada katup bioprostetik penggunaan  antikoagulan selama 
    fase awal saja biasanya selama 5 hari. Sementara untuk preventif penggunaan Heparin
    3-4 bulan.
e. Antibiotik digunakan untuk profilaksis diantaranya amoxilin, eritromicin, ampicilin,
    gentamizin, dan vancomicyn.
f. Diet rendah garam
g. Hindari aktivitas berat seperti mengangkat beban berat dan lari
                                                                                                 ( www. Mediastore .com )
G.  ASUHAN KEPERAWATAN
      1. Pengkajian
  • Keadaan umum : pasien tampak lemah / tampak sesak, kesadaran composmentis, apatis, somnolen, sofor dan coma.
  • Tanda-tanda vital : Berat Badan ( BB ) dan Tinggi Badan ( TB )
  • Pemeriksaan kepala dan leher : pasien tampak gelisah, wajah pucat, konjungtiva anemis, skelera ikterik, eksoptalmus, ptechie, bibir sianosis, hidung simetris, keluhan pusing, nyeri kepala dan pingsan.
  • Menilai arteri carotis : penurunan  pulsasi arteri carotis, bising ( Bruit ) saat auskultasi.
  • Pemeriksaan dada :  obsrevasi gerakan pernafasan ( frekuensi, irama, kedalaman nafas), kesimetrisan dada, suara nafas vesikuler /  ronchi, saat palpasi teraba thrill di daerah aorta, kaji bising stenosis aorta. ( suara paling keras, sepanjang atas sternum dan menjadi lemah di area afek dan aksila dan atau systolik yang kasar disela iga 2-3 sebelah kanan sternum.
  • Pemerikaaan abdomen : adanya bruit, atau bising pembuluh oleh karena stenosis yang menyangkut pembuluh-pembuluh cabang aorta, kesimetrsan bentuk abdomen ( asites, hepatomegali )
  • Pemerikasaan kulit / ekstremitas : akral hangat atau dingin , kulit lembab atau kering, sianosis, adanya edema
  • Pemeriksaan kuku : sianosis perifer, cavilary refill


2. Diagnosa Keperawatan
a.    Penurunan curah jantung b.d gangguan fungsi katup aorta
b.   Gangguan rasa nyaman nyeri dada b.d penurunan suplai darah dan oksigen ke koroner
c.    Intoleran aktivitas b.d  suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang
d.   Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurangnya informasi
  1. Intervensi Keperawatan
a.    Penurunan curah jantung b.d gangguan fungsi katup aorta
·         Observsi tanda- tanda vital
·         Berikan posisi yang nyaman ; semi fowler
·         Observasi terjadinya syncope
·         Monitor capillary refile dan pulsasi arteri perifer
·         Anjurkan untuk tirah baring total
·         Bantu aktifitas sehar-hari sebagian atau seluruhnya
·         Observasi tanda-tanda penurunan curah jantung (Mudah lelah, akral dingin, pucat)
·         Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai indikasi
·         Kolaborasi dalam pemberian therapy digitalis
b.   Gangguan rasa nyaman nyeri dada b.d penurunan suplai darah dan oksigen ke koroner
·         Kaji lokasi, skala, durasi dan frekuensi nyeri
·         Monitor tanda-tanda vital
·         Batasi aktifitas klien
·         Ajarkan tehnik relaksasi
·         Rekam dan monitor EKG 12 lead
·         Berikan posisi yang nyaman dan batasi pengunjung
·         Kolaborasi dalam pemberian terapi nitrat dan oksigen sesuai indikasi
c.    Intoleran aktivitas b.d  suplai dan kebutuhan tidak seimbang
·         Monitor tanda-tanda vital
·         Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas
·         Anjurkan pasien untuk istiraht
·         Beri lingkungan yang nyaman dan tenang
·         Berikan penjelasan untuk tidak mengunakan energy yang berlebihan seperi   mengedan ketika BAB.
·         Hentikan aktifitas bila pasien nyeri dada
d.   Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b.d kurangnya informasi
·         Kaji tingkat pengetahuan pasien akan kondisi kesehatannya
·         Berikan informasi mengenai aktifitas yang boleh dilakukan selama sakit, intake nutrisi yang adekuat serta beberapa efek obat.
      

No comments:

Post a Comment