Search This Blog

Sunday, 24 April 2011

PROSEDUR PEMASANGAN DAN PENCABUTAN WSD


PRINSIP KERJA SISTEM WATER SEAL DRAINAGE
 PROSEDUR PEMASANGAN DAN PENCABUTAN WSD


TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR

Untuk memahami tentang prinsip kerja system water seal drainage, prosedur pemasangan dan pencabutan system water seal drainage, seorang perawat sebelumnya perlu memahami tentang anatomy rongga dada dan fisiologi ventilasi. Hal ini penting  untuk dipahami sehingga perawat dapat memberikan perawatan yang profesional pada pasien yang terpasang system water seal drainage.

1. ANATOMI RONGGA DADA

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya dalam rongga dada atau thoraks. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apex ( bagian atas paru-paru) dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, syaraf, dan pembuluh limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar dari kiri dan dibagi menjadi tiga lobus. Paru-paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Paru-paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru-paru kiri dibagi menjadi 9 segmen.

Suatu lapisan tipis yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura, melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru-paru (pleura viseralis). Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas untuk memudahkan  kedua permukaan itu bergerak selama pernafasan dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru-paru, yang dapt dianalogkan seperti dua buah kaca objek akan saling melekat jika ada air.
Karena tidak ada ruangan yang sesungguhnya memisahkan pleura parietalis dan viseralis, maka apa yang disebut sebagai ruang pleura hanyalah suatu ruang potensial saja. Membran permukaan rongga potensial ini  biasanya tidak mempunyai resistensi yang cukup bermakna bagi jalannya cairan, elektrolit atau bahkan protein, yang semuanya dengan mudah keluar masuk antara rongga dan cairan interstitial paru. Karena itu rongga pleura sebenarnya adalah rongga jaringan yang besar. Akibatnya cairan dalam kapiler paru yang berdekatan dengan rongga pleura akan berdifusi tidak hanya kedalam cairan interstitial paru saja tapi juga ke dalam rongga pleura.Tetapi sistem limfatik bekerja sebagai pengaman terhadap penumpukan cairan di rongga pleura. Sistem limfatik merupakan jalur tambahan  dimana cairan dapat mengalir dari ruang interstitial paru ke dalam kapiler, selain dapat mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar dari ruang jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan absorbsi langsung kedalam kapiler darah.  




2. FISIOLOGI VENTILASI
Udara mengalir masuk dan keluar paru-paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan intrapulmonal akibat kerja mekanik dari oto-otot. Selama inspirasi, volume thoraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu otot sternokleodomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus anterior, scalenus dan intercostalis eksternus mengangkat iga-iga. Thoraks membesar ke tiga arah : anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar – 4 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi -8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama, tekanan intrapulmonal menurun sampai sekitar – 2mmHg relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara intrapulmonal dan atmosfer menyebabkan udara mengalir kedalam paru-paru sampai tekanan intrapulmonal pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer.

Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupaka gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga thoraks, menyebabkan volume thoraks berkurang. Otot interkostalis internus dapat menekan iga ke bawah dan ke dalam dengan kuat pada waktu ekspirasi kuat dan aktif. Selain itu, otot-otot abdomen dapat berkontraksi sehingga tekanan intraabdominal membesar dan menekan diafragma ke atas. Pengurangan volume thoraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Tekanan intrapulmonal sekarang meningkat dan mencapai sekitar 1-2 mmHg di atas tekanan atmosfer. Selisih tekanan antara intrapulmonal dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar  dari paru-paru sampai tekanan intrapulmonal dan tekanan atmosfer menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.
Perhatikan bahwa tekanan intrapleura selalu berada dibawah tekanan atmosfer selama siklus pernafasan. 
                                


B. WATER SEAL DRAINAGE

1. Pengertian
Water seal drainagee (WSD) adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan cairan dan udara melalui selang dada dan mencegah aliran balik.

2. Tujuan
Tujuan dilakukan pemasangan water seal drainage adalah :
  1. Memungkinkan cairan ( darah, cairan, pus ) keluar dari ruang pleura
  2. Memungkinkan udara keluar dari ruang pleura
  3. mencegah udara masuk kembali (terhisap) ke ruang pleura
  4. Mempertahankan agar udara tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan negatif pada intrapleura.

3. Indikasi
Indikasi dari pemasangan water seal drainage adalah :
  1. Pneumothoraks, adanya udara dalam rongga pleura
  2. Hemothoraks, adanya darah dalam rongga pleura
  3. Effusi pleura, adanya penimbunan cairan dalam rongga pleura
  4. Empiema, adanya effusi pleura yang mengandung pus.
  5. Thoracotomy surgical

4. Prinsip Water Seal Drainage
Prinsip yang digunakan pada water seal drainage  adalah :

a.  Gravitasi
Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

b. Tekanan negatif
Udara atau cairan dalam rongga dada menghasilkan tekanan positif (763 mmHg atau lebih) dalam rongga pleura. Udara dan cairan pada water seal pada selang dada menghasilkan tekanan positif yang kecil (761 mmHg ). Sebab  udara dan cairan  bergerak dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah, maka udara dan  cairan akan berpindah dari tekanan positif  yang lebih tinggi pada rongga pleura  ke tekanan positif yang lebih rendah yang dihasilkan oleh water seal.

c. Suction
Yaitu suatu kekuatan tarikan yang lebih kecil dari pada tekanan atmosfir (760 mmHg). Suction dengan kekuatan  negatif  20 cmH2O menghasilkan tekanan subatmosfer 746 mmHg sehingga udara atau cairan berpindah dari tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

d. water seal
Tujuan utama dari water seal adalah membiarkan udara keluar dari rongga pleura dan mencegah udara dari atmosfer masuk ke rongga pleura. Botol water seal diisi dengan cairan steril yang  didalamnya terdapat selang yang ujungnya  terendam 2 cm. Cairan ini memberikan batasan antara tekanan atmosfer dengan tekanan subatmosfer (normal 754-758 mmHg). Selang yang terendam 2 cm itu menghasilkan tekanan positif sebesar 1,5 mmHg semakin dalam selang water seal terendam air semakin besar tekanan positif yang dihasilkan. Pada saat expirasi, tekanan pleura lebih positif sehingga udara dan air dari rongga pleura begerak masuk ke botol. Pada saat inspirasi tekanan pleura lebih negatif sehingga water seal mencegah udara atmosfer masuk ke rongga pleura.

5. Tipe sistem drainage
Ada beberapa tipe sistem drainase, yaitu :

a. Sistem satu botol
Merupakan sistem drainase dada yang paling sederhana. Terdiri dari botol steril rapat udara yang berisi 100 ml air steril atau saline. Bagian penutup botol memiliki dua lubang. Selang udara yang pendek merupakan lubang udara, yang memungkinkan udara dari ruang pleura keluar dan untuk mencegah tekanan yang terbentuk pada rongga pleura. Satu lubang dengan ujung selang yang panjang masuk ke air sekitar 2 cm, sehingga ia bertindak sebagai water seal. Ujung selang tersebut dihubungkan ke tubing drainase dada pasien. Botol bertindak sebagai ruang pengumpul dan ruang water seal. Undulasi pada sistem mengikuti irama pernafasan, meningkat saat inspirasi dan turun saat ekspirasi.
Keuntungan  sistem satu botol :
 -Penyusunan sederhana
 -Mudah untuk pasien untuk yang dapat jalan
Kerugian sistem satu botol :
-Saat drainase dada mengisi botol, lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleura untuk keluar dari rongga dada masuk kebotol.
-Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase.
-Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.


b. Sistem dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama sebagai wadah penampung dan yang kedua bertindak sebagai water seal. Botol pertama bersambungan dengan selang drainase. Botol ini mulanya kosong dan hampa udara. Selang udara yang pendek pada botol pertama bersambungan dengan selang yang panjang pada botol kedua, yang menimbulkan water seal pada botol kedua. Cairan dari ruang pleura mengalir masuk kedalam botol pertama dan udara dari ruang pleura ke water seal pada botol kedua.

Keuntungan sistem dua botol :
-Mempertahankan water seal pada tingkat konstan.
-Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik

Kerugian sistem dua botol :
-Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.



c. Sistem dua botol dengan suction
Sistem dua botol dapat disambungkan ke suction. Botol pertama selain menampung drainase juga bertindak sebagai water seal  seperti sistem satu botol. Botol kedua merupakan botol pengontrol suction. Lubang untuk atmosfir ditempatkan pada botol kedua. Sistem ini memliki keuntungan  dari suction tetapi memiliki kerugian peningkatan tekanan dari tingkat water seal ketika drainase meningkat.
d. Sistem tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol pertama menampung drainase dari ruang pleura, botol kedua bertindak sebagai water seal dan botol ke tiga merupakan botol pengontrol suction. Pada sistem ini yang penting kedalaman selang dibawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding  yang menentukan jumlah penghisapan  yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ke tiga harrus cukup untuk menciptakan putaran lembut gelembung udara dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam ruangan.

Keuntungan sistem tiga botol :
- Memungkinkan akumulasi drainase dan keakuratan pencatatan jumlah drainase
- Tingkat water seal stabil
- Suction terkontrol

Kerugian sistem tiga botol :
- Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam pemeliharaan dan perakitan.
- Ambulasi dan transfer pasien sulit dan beresiko.



e. Sistem drainase sekali pakai ( pleur evac)
Sistem tiga ruang yang memiliki ruang drainase, water seal dan suction yang terpisah. Banyak fasilitas kesehatan menggunakan drainase pleur evac sebagai ganti sistem tiga botol.
Keuntungan drainase pleur evac :
-Bahan dari plastik sehingga tidak mudah pecah seperti botol
-Bersifat disposible, bentuk tunggal, ringan dan mudah dibawa-bawa.

Kerugian drainase pleur evac :
-Harga mahal
-Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainase bila unit terbalik.  
 






   
6. Monitoring dan perawatan pasien yang terpasang sistem water seal drainage
a. Monitor tanda-tanda vital khususnya kecepatan, kedalaman dan pola nafas setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan, kaji kesimetrisan suara nafas.
b. Observasi selang water seal
Selama inspirasi, cairan dalam botol terhisap masuk ke selang water seal beberapa sentimeter sebab adanya penurunan tekanan intrapleura. Sebaliknya selama ekspirasi peningkatan tekanan intrapleura memaksa cairan balik ke selang. Fluktuasi atau pergerakkan cairan bolak balik (tidalling) dalam selang water seal menunjukkan pergerakkan ventilasi seseorang. Oleh karena itu saat tidalling terjadi, selang drainase dalam keadaan paten, dan sistem drainase berfungsi semestinya. Tidalling stop saat paru telah mengembang kembali atau jika selang drainase kinking atau terdapat obstruksi. Jika tidalling tidak terjadi :
-          Cek untuk meyakinkan bahwa selang tidak kinking atau tertekan.
-          Ubah posisi pasien
-          Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan batuk

c. Observasi selang udara ( selang yang pendek)

Yakinkan bahwa selang ini tetap terbuka ke atmosfer untuk memungkinkan udara intrapleura keluar dari botol. Jika selang udara tersumbat, udara intrapleura yang terperangkap dalam botol penampung, meningkatkan tekanan dalam botol. Jika tekanan menjadi cukup besar, ia mencegah drainase udara dan cairan dari rongga pleura, mempercepat terjadinya tension pneumothorak dan mengakibatkan pergeseran mediastinal.

d. Observasi cairan dalam botol water seal

Gelembung dalam botol water seal disebabkan oleh udara yang keluar dari rongga pleura masuk ke dalam cairan dalam botol. Gelembung yang intermiten adalah normal. Ini mengindikasikan bahwa sistem melakukan satu dari tujuannya seperti mengeluarkan udara dari rongga pleura. Gelembung yang intermiten bisa terjadi saat ekspirasi normal seseorang karena ekspirasi meningkatkan tekanan intrapleura dan mendorong udara melalui selang.
Gelembung yang terus menerus selama inspirasi dan ekspirasi mengindikasikan bahwa udara bocor masuk kedalam sistem drainase atau rongga pleura. Situasi ini dapat dikoreksi yaitu dengan mencari lokasi kebocoran udara dan lakukan perbaikkan jika dapat dilakukan.
Gelembung yang terjadi cepat pada kondisi tidak terdapat kebocoran udara mengindikasikan kehilangan udara yang bermakna seperti dari insisi atau sobekan pada pleura.

e. Cek patensi selang setiap 2 sampai 4 jam, karena adanya obstruksi pada selang dada mempengaruhi reexpansi paru.

f. Monitor jumlah dan tipe dari drainase pada selang dada

Kehilangan volume yang besar dapat menyebabkan hipovolemi. Penurunan atau tidak adanya drainase dengan kondisi distress respiratory mengindikasikan adanya sumbatan. Penurunan atau tidak adanya drainase tanpa distress respiratory mengindikasikan paru sudah mengembang kembali.

g. Beri tanda atau batas drainase pada sisi luar tabung pengumpul setiap jam, sebagai acuan untuk pengukuran selanjutnya. Drainase secara bertahap berubah dari warna darah ke warna pink kemudian warna merah kecoklatan. Aliran yang tiba-tiba dan warna darah yang merah pekat terjadi karena perubahan posisi yang sering berupa darh yang lama yang dapt keluar ke selang dada. Laporkan bila drainase lebih dari 200 ml/jam, penurunan atau tidak ada drainase secara tiba-tiba, perubahan karakteristik dari drainase.

h. Pertahankan posisi selang dada
  
Tempatkan selang secara harizontal  di tempat tidur dan ke arah bawah ke tabung pengumpul. Akumulasi drainase pada selang yang terjepit menghambat drainase ke sistem pengumpul dan meningkatkan tekanan paru, berikan area yang cukup untuk pergerakkan pasien.


i. Selalu tempatkan sistem WSD lebih rendah dari dada pada posisi vertikal untuk mencegah aliran balik cairan ke rongga pleura. 

j. Cek level cairan pada water seal atau cairan pada control suction yang bisa berkurang karena evaporasi, dan isi ulang sesuai batas yang dianjurkan.

k. Kolaborasi dalam pemberian analgetic untuk mengontrol rasa sakit, karena rasa sakit bisa mempengaruhi keefektifan pernafasan.

l. Kaji daerah tusukan dan kulit sekitar daerah tusukan akan adanya subcutaneous air dan tanda-tanda infeksi atau inflamasi dengan mengganti balutan setiap hari.  







E. Prosedur pemasangan water seal drainage
Pemasangan water seal drainage dapat dilakukan diruang operasi, ruang kedaruratan atau pada tempat tidur pasien.

1. Lokasi pemasangan water seal drainage
Lokasi pemasangan selang WSD ditentukan berdasarkan indikasi :
-          Jika mengeluarkan udara, selang ditempatkan dekat apex paru didaerah ICS II
-          Jika mengeluarkan cairan, selang ditempatkan dekat basal paru didaerah ICS V-VI
-          Setelah bedah jantung, selang ditempatkan di daerah mediastinum.



2. Peralatan untuk pemasangan selang WSD
- Troly dressing
- Cairan antiseptik : betadine solution
- Sarung tangan steril, topi, masker, gaun, dan duk steril
- Anestesi lokal : lidokain 1 %
- Drain set steril
- Drain penampung atau meddap
- Trocar sesuai kebutuhan
- Tubing 1/4, 1/16
- Blade no 11
- Jarum dan benang
- Y konektor atau konektor cabe
- Tromol kasa
- Spuit 5 cc, spuit 2,5 cc, spuit 10 cc
- WFI
- Sumber suction
- Klem
- Gunting, plester
- Bengkok

3. Persiapan pasien
- Kaji status pasien dan tanda-tanda vital
- Cek kelengkapan alat dan inform consent dari pasien/keluarga
- Jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memberi rasa aman dan nyaman
- Mengatur posisi pasien fowler atau semifowler
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

4. Prosedur pemasangan WSD (dilakukan oleh dokter)
Urutan pemasangan WSD adalah :
-          Kulit dibersihkan dan di anesthesi
-          Dibuat insisi kecil pada kulit
-          Penetrasi ruang pleura dengan menggunakan forcep
-          Pelebaran dibuat dengan forcep kemudian diregangkan dengan jari
-          Akhir proksimal selang di klem dengan forcep kemudian dimasukkan ke ruang pleura.
-          Bila pemasangan sulit, trokar metal untuk penetrasi dada, membiarkan selang pada tempatnya.
-          Bagian ujung selang eksternal dihubungkan ke unit drainase.
-          Untuk mencegah selang terlepas, kulit sekitar selang dijahit.
-          Akhir dari jahitan diikatkan melingkari selang dan diikat.
-          Pada sisi insisi diberi betadine dan ditutup kasa.
-          Kasa ukuran 3x4 berlubang diletakkan pada selang dan diplester kuat pada dada. Selang diplester pada dada untuk mencegah penarikkan selang dan jahitan bila pasien bergerak.
-          Foto thorax pasca pemasangan selalu dilakukan untuk menjamin ketepatan posisi.

F. Prosedur pencabutan selang dada
1. Indikasi pencabutan didasarkan pada alasan insersi dan meliputi dibawah ini :
-          Drainase telah berkurang 50-100 ml dalam 24 jam jika selang dipasang untuk hemothoraks, empyema atau efusi pleura.
-          Drainase telah berubah dari merah menjadi serosa, tidak terdapat kebocoran udara dan jumlah kurang dari 100 ml setelah 8 jam (jika selang dipasang setelah operasi jantung)
-          Paru-paru telah mengembang kembali (dibuktikan dengan chest x-rays).
-          Status respirasi telah membaik (yaitu ; tidak terdapat kesulitan bernafas, suara nafas bilateral sama, penurunan penggunaan otot aksesori pernafasan, pengembangan dada simetris dan RR kurang dari 24x/menit).
-          Kebocoran udara telah pulih ( dikaji dengan tidak adanya bubbling kontinyu pada ruang water seal).

2. Persiapan alat
-          Troly dresing
-          Dresing set
-          Betadine solution
-          Klem
-          Sarung tangan steril dan tidak steril
-          Spuit 2,5 cc
-          Analgesik
-          Bengkok
-          Plester
-          Gunting

3. Persiapan pasien
-          Yakinkan pasien mengerti pengajaran pre prosedur.
-          Pre medikasi pasien dengan analgesik adekuat  setidaknya 15 menit sebelum prosedur.
-          Tempatkan pasien pada posisi semifowler

4. Prosedur pencabutan (dilakukan oleh dokter)
  1. Cuci tangan 
  2. Buka set angkat jahitan steril dan siapkan betadine dan kasa.
  3. Lepaskan suction dari chest drainage systtem dan cek terhadap kebocoran udara pada ruang water seal.
  4. Angkat plester yang menempel dan tentukan tipe jahitan yang terdapat pada selang dada.
  5. Konfirmasi bahwa selang bebas dari jahitan dan plester.
  6. Klem setiap selang yang akan dicabut.
  7. Intruksikan pada pasien untuk tarik nafas dalam dan tahan saat setiap selang diangkat.
  8. Cabut selang dada secara cepat.
  9. Tutup sisi insersi  dengan kasa steril  dan rekatkan dengan plester.
  10. Kaji pasien setelah prosedur dan bandingkan hasilnya dengan pengkajian sebelumnya.
  11. Lakukan chest x-ray sesuai protokol
  12. Cuci tangan       


Wednesday, 20 April 2011

Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik




PENDAHULUAN


Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam menentukan prioritas penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan oksigen, meskipun dalam hitungan menit maka bias berakibat fatal.
Berbagai penyakit yang berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan berujung pada kondisi gagal napas. Hal ini membutuhkan penanganan khusus, dimana oksigenisasi masih tetap terpenuhi meskipun pasien sudah tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. Ventilator mekanik dibagi menjadi dua, yaitu ventilator mekanik invasive dan ventilator mekanik non invasive.
Peningkatan kualitas dari ventilator mekanik menyebabkan makin luasnya area penggunaan mesin tersebut. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.
Data yang diperoleh dari ruangan ICU Dewasa Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh darah “Harapan Kita” dari periode januari 2010 sampai dengan Desember 2010 adalah 1020 orang pasien menggunakan ventilasi mekanik dengan berbagai macam kasus bedah.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar mengenai penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat membantu perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.
TINJAUAN TEORITIS

A.    KONSEP DASAR TEORI
1.      Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.  (Brunner dan Suddarth, 1996).
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000)
Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.  Ventilator mekanik merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001)
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006)
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

2.      Indikasi Ventilasi Mekanik
1)   Gagal Napas
        Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnoe) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2)   Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga berkurang.
3)   Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4)   Tindakan operasi
        Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator mekanik.

3.      Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a.       Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
b.      Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara .Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada klien siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
1)      Sederhana, mudah dan murah
2)      Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3)      Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang pernafasan yang lain.
4)      Dapat dirangkai dengan PEEP
5)      Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
6)      Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalamnya
7)      Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
8)      Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

Berdasarkan mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled.
1)      Volume Cycled Ventilator.
                  Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
                  Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru (atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.
2)      Pressure Cycled Ventilator
                  Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada luas lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
3)      Time Cycled Ventilator
                  Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
4.      Intubasi
Intubasi adalah tindakan invasive untuk memasukkan ETT ke dalam trakea dengan menggunakan alat laryngoskopy. Diperlukan seperangkat peralatan penunjang dan tenaga ahli karena kejadian hipoksia, aritmia, dan bahkan henti jantung dapat terjadi dalam beberapa kasus. Untuk mengantisipasinya diperlukan tenaga yang bersertifikasi PPGD dan ACLS. Alat-alat penunjang diantaranya troli emergency yang dilengkapi obat-obat resusitasi seperti adrenalin (untuk asistole), sulfas atrophin (untuk bradikardia), amiodarone (anti aritmia), inotropik jenis dobutamine atau dopamine untuk meningkatkan afterload – preload – kontraktifitas ventrikel jika terjadi gangguan hemodinamik saat intubasi.
Peralatan lain seperti defibrillator diperlukan untuk mengantisipasi aritmia ventrikel yang dapat mengancam jiwa (Ventrycular Tachycardia dan Ventrycular Fibrilasi). Peralatan suction diperlukan untuk membebaskan jalan nafas dari kemungkinan penumpukan lendir (slym) saat intubasi.
Sebelum tindakan dimulai, premedikasi diberikan untuk memberikan efek sedasi dari yang memiliki efek cepat seperti golongan opioid atau lambat seperti benzodiazepine. Paralise otot nafas dapat dipertimbangkan jika proses intubasi masih sulit dilakukan. Jenis premedikasi dipilih yang memiliki resiko minimal terhadap organ yang sedang mengalami gangguan.
Sebelum intubasi dimulai, hiperoksigenasi dilakukan melalui ambubag dengan kecepatan aliran 12 – 15 liter/menit, sampai saturasi oksigen meningkat > 95%. Tujuan dari intubasi yaitu : mengembalikan asam basa dan kadar PO2 dalam batas normal, dan memenuhi kebutuhan tidal volume ( TV ) atau menit volume ( MV ) dengan tekanan puncak ( PIP ) dalam batas normal.
Indikasi untuk dilakukan intubasi adalah
a.       Henti jantung ( cardiac arrest )
b.      Henti nafas ( Respiratory arrest )
c.       Hipoksemia yang tidak teatasi dengan pemberian oksigen non invasive
d.      Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian oksigen non invasive
e.       Kelelahan pernafasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dan penberian oksigen non invasive.
f.       Gagal nafas dengan manifestasi klinis : takhipneu, penggunaan otot pernafasan tambahan (scalene, sternokleidomastoid,intercosta , abdomen)
g.      Penurunan kesadaran
h.      Saturasi oksigen menurun drastic
i.        Tindakan pembedahan yang menggunakan anastesi umum

5.      Indikasi Klinik untuk pemasangan ventilasi mekanik :
a. Kegagalan Ventilasi
1)         Neuromuscular Disease
2)         Central Nervous System disease
3)         Depresi system saraf pusat
4)         Musculosceletal disease
5)         Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
b. Kegagalan pertukaran gas
1)         Gagal nafas akut
2)         Gagal nafas kronik
3)         Gagal jantung kiri
4)         Penyakit paru-gangguan difusi
5)         Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

6.      Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat sepuluh parameter yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a.    Frekuensi pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu menit. Penyetingan RR ini tergantung volume tidal, jenis kelainan paru pasien, target PO2 yang ingin dicapai. Parameter alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b.    Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 5-15 cc/kgBB, tergantung dari compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidsl volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled. 
c.    Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d.   Rasio inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
Waktu ekspirasi
Keterangan :
1)      Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau mempertahankan tekanan.
2)      Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3)      Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan.
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
e.    Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f.     Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah disetting permenitnya. Biasanya flow rate disetting antara 40-100 L/menit.
g.    Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak diharapkan untuk bernaps spontan.
h.    Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.
i.      Kelembaban dan suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.
j.      Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.

Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :
a.    Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
b.    Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
c.    Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
d.   Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.


e.    Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasipada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung.
f.     Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

7.      Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.

Efek Ventilasi mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

8.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
a.       Obstruksi jalan nafas
b.      Hipertensi
c.       Tension pneumotoraks
d.      Atelektase
e.       Infeksi pulmonal
f.       Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g.      Gastrointestinal.
h.      Kelainan fungsi ginjal
i.        Kelainan fungsi susunan saraf pusat

9.      Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
a.       Tes penyapihan
1)      Kapasitas vital 10-15 cc / kg
2)      Volume tidal 4-5 cc / kg
3)      Ventilasi menit 6-10 l
4)      Frekuensi permenit < 20 permenit
b.      Pengaturan ventilator
1)      FiO2 < 50%
2)      Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
c.       Gas darah arteri
1)   PaCO2 normal
2)   PaO2 60-70 mmHg
3)   PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
d.      Selang Endotrakeal
1)      Posisi diatas karina pada foto Rontgen
2)      Ukuran : diameter 8.5 mm
e.       Nutrisi
1)      Kalori perhari 2000-2500 kal
2)      Waktu : 1 jam sebelum makan
f.       Jalan nafas
1)      Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
2)      Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
3)      Posisi : duduk, semi fowler
g.      Obat-obatan
1)      Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
2)      Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
h.      Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
i.        Fisik : Stabil, istirahat terpenuhi.

B.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.   Pengkajian
a.    Pemeriksaan Kepala dan Leher
1)   Raut Muka
1))      Bentuk muka : bulat, lonjong, dan lain-lain
2))      Ekspresi  muka : tampak sesak, gelisah, kesakitan
3))      Tes syaraf : menyeringai, mengerutkan dahi, untuk memeriksa nervus V, VII.
2)   Bibir
a)         Biru ( sianosis )
b)         Pucat ( anemia )
3)   Mata
a)    Konjungtiva : Pucat (anemia), Ptechiae (perdarahan bawah kulit/ selaput lendir) pada endokarditis bacterial
b)   Skela
Kuning ( ikterus ) pada gagal jantung kanan, penyakit hati, dan lain-lain
c)    Kornea
Arkus senilis ( garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea ) berhubungan dengan peningkatan kolesterol/ penyakit jantung koroner.
d)   Eksopthalmus
Berhubungan dengan tirotoksikosis
e)    Gerakan bola mata
Lateral ( N.VII ), medial ( N.III ), bawah nasal ( N.IV ), atas ( N.III ), dan lain-lain.
f)    Reflek kornea
Menilai fungsi N.V
g)   Funduskopi
Pemeriksaan fundus mata dengan opthalmoskop untuk menilai kondisi pembuluh darah retina pada penderita hipertensi
4)   Tekanan Vena Jugularis
Untuk menilai gagal jantung tingkat moderate-severe dengan memperhatikan :
a)   Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa dilihat, akan tampak gelombang a ( kontraksi atrium ), gelombang c ( awal kontraksi ventrikel ), gelombang v ( pengisian atrium-katub tricuspid masih menutup ).
b)   Penggembungan vena, normal setinggi manubrium sterni, bila lebih tinggi daripada itu maka tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misalnya pada gagal jantung kanan.
5)   Arteri Karotis
1)   Palpasi
a)      Berdenyut keras seperti berdansa ( pada insufisiensi katub aorta )
b)     Paling tepat untuk memeriksa sirkulasi pada henti jantung
c)      Perlu dibandingkan kiri dan kanan untuk mengetahui penyempitan pembuluh darah di daerah itu.
2)   Auskultasi
Bising ( bruit ) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katub aorta.



6)   Kelenjar Tiroid
a)    Inspeksi
Untuk menilai kesimetrisan kedua kelenjar tiroid
b)   Palpasi
Untuk menilai bentuk, konsistensi, dan ukurannya.
c)    Auskultasi
Bising pada kelenjar tiroid menunjukkan vaskularisasi yang meningkat, yang disebabkan oleh adanya hiperfungsi.
7)   Trakhea
Bila pada tiap denyut jantung trachea terasa tertarik ke bawah ( tanda oliver, kemungkinan ada aneurisma aorta atau tumor mediastinum

b.    Pemeriksaan Toraks dan Sistem Respirasi
1)      Inspeksi
a)    Bentuk :
1))         Toraks phtisis ( panjang dan gepeng )
2))         Toraks en bateau ( toraks dada burung )
3))         Toraks rakhitis ( benjolan rakhitis seperti rosario pada persambungan tulang dan tulang rawan ).
4))         Asimetris ( satu sisi cembung atau satu sisi cekung )
b)   Gerakan pernafasan :
Teratur atau tidak teratur normal pada dewasa 12-20x/menit.
c)    Pola pernafasan :
1))         Takipnu : pernafasan cepat
2))         Bradipnu : pernafasan lambat
3))         Cheyne Stokes : berulang-ulang pernafasan sangat dalam, berangsur-angsur dengkal, berhenti sama sekali ( apnu ) beberapa detik, kemudian nafas dalam lagi.
4))         Biot : pernafasan dalam dan dangkal disertai apnu yang tidak teratur
5))         Kusmaul : inspirasi dan ekspirasi sama panjang dan dalamny, sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam
6))         Hyperpnoea : pernafasan lebih dalam tetapi kecepatannya normal
7))         Apneustik : inspirasi megap-megap ( gasping ) diikuti ekspirasi yang sangat pendek dan tidak efisien
2)   Palpasi
a)    Menilai kelainan pada dinding toraks
1))      Nyeri tekan
2))      Bengkak 
3))      Menonjol lepas atau dekat dengan dasar
b)   Menilai adanya tanda-tanda penyakit paru
1))      Gerakan dinding toraks : simetris / asimetris
2))      Getaran suara ( Fremitus Vokal ) : merasakan getaran pada saat pasien mengucapkan kata secara berulang
3)   Perkusi
a)         Normal : suara resonan
b)         Suara timpani : menggendang karena adanya timbunan udara
c)         Suara sub timpani : udara dalam rongga paru sedang
d)        Hiper-resonan : adanya cairan
e)         Redup : paru padat
f)          Pekak : rongga pleura penuh dengan cairan
4)   Auskultasi
a)         Trakheo bronchial
Suara normal yang terdengar pada trakea
b)         Bronkovesikuler
Suara normal yang terdengar di daerah bronchial yakni pada sternum atas
c)         Vesikuler
Suara normal pada jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi tidak tertutup

c.    Pemeriksaan Sistem Kardiovaskuler
1)   Pemeriksaan Pembuluh Darah Perifer
Yaitu dengan cara palpasi pada arteri radialis untuk menilai :
a)         Frekuensi : normal 60 -100x/menit, meningkat pada anak-anak.
b)         Irama : teratur / tidak teratur
c)         Ciri denyutan :
1))   Pulsus anarkot yaitu : denyut nadi yang lemah
2))   Pulsus seler yaitu : denyut nadi yang solah-olah meloncat tinggi, meningkat tinggi, dan menurun cepat sekali
3))   Pulsus paradoks yaitu : denyut nadi yang semakin lemah selama inspirasi sampai menghilang pada bagian inspirasi untuk timbul kembali pada ekspirasi
4))   Pulsus alternans yaitu : nadi yang kuat dan lemah bergantian.
d)        Isi nadi :
1))Pulsus magnus yaitu: denyutan terasa mendorong jari saat melakukan palpasi
2))Pulsus varvus yaitu: denyutan terasa lemah
2)   Pemeriksaan Jantung dan Aorta
a)    Inspeksi
Menentukan : bentuk prekordium, denyut pada apex jantung, denyut nadi pada dada, denyut vena
b)   Palpasi
Bertujuan untuk mendeteksi kelainan yang tampak pada inspeksi. : menilai denyutan dan getaran di prekordium, dan pergerakan trakea.
c)    Perkusi
Mengkaji area jantung dan paru pada toraks
d)   Auskultasi
1))         Katub pulmonal
2))         Katub aorta
3))         Katub mitral
4))         Katub tricuspid
5))         Diagframa

2.   Diagnosa keperawatan
a.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi  perfusi
b.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat pernafasan
c.       Tidak efekti bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing pada trakea
d.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler
e.       Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
f.       Resiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan ketidakmampuan menelan air.
g.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic
h.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatan pertahanan utama
i.        Disfungsi respon penyapihan ventilator berhubungan dengan gangguan tidur
j.        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.   Intervensi
a.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, ditandai dengan :
1)         Perubahan dalam frekwensi dan kedalaman pernapasan
2)         Dyspneu atau peningkatan kerja pernapasan, otot aksesori
3)         Sianosis
4)         Penurunan PO2, Saturasi Oksigen, dan peningkatan PCO2.
kriteria hasil:
1)         Kemudahan bernafas
2)         Terbebas dari dyspneu
3)         Terbebas dari kegelisahan
4)         AGD dan saturasi oksigen dalam rentang normal.

Intervensi keperawatan:
1)      Monitoring tanda-tanda vital meliputi:
a)            monitoring tekanan darah, nadi , suhu tubuh, dan status pernafasan
b)            monitoring dan laporkan jika ada hipotermi dan hipertermia
c)            monitor keberadaan pulsus paradoksus atau alternans
d)           monitoring irama dan kecepatan denyut jantung
e)            monitoring adanya kemungkinan cianosis
f)             monitor warna, temperature, dan kelembaban kulit
2)      Monitoring respirasi
a)            monitor irama, kecepatan, kedalaman, dan usaha pernafasan
b)            auskultasi bunyi paru
c)            monitor kelelahan otot diafragma ( pergerakan paradoksal )
d)           monitor nilai PFT, kapasitas vital, maximal inspiratory force, forced expiratory volume
e)            monitor tanda-tanda kelelahan, cemas, dam air hunger
f)             monitor kesiapan ventilator mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi, dan penurunan tidal volume.
g)            Monitor kemampuan batuk efektif pasien
h)            Monitor sekresi pernapasan pasien
i)              Lakukan resusitasi jika diperlukan
3)      Terapi oksigen
a)            Pertahankan kepatenan jalan nafas
b)            Berikan suplemen oksigen sesuai order
c)            Monitor aliran oksigen
d)           Lakukan pengecekan secara periodic peralatan oksigen untuk memastikan oksigen sesuai dengna yang dibutuhkan
e)            Monitor efektifitas pemberian oksigen ( missal: pulse oxymetry, AGD )
f)             Monitor kemampuan toleransi pasien tanpa bantuan oksigen ketika makan
g)            Observasi tanda-tanda hipntilasi yang diinduksi oksigen
h)            Monitor tanda – tanda keracunan oksigen dan atelektasis absorbs
i)              Monitor kecemasa pasien akibat kebutuhan oksigen
4)      Manajemen asam basa
a)            Pertahankan kepatenan akses iv
b)            Pertahankan kepatenan jalan nafas
c)            Monitor gas darahdan serum artery, dan kadar elektrolit urin
d)           Monitor status hemodinamik, meliputi nilai CVP, MAP, PAP, dan PCWP jika ada
e)            Monitor kemungkinan kehilangan asam (misalnya muntah, diare, keluaran nasogastrik, dan dieresis)
f)             Monitor kemungkinan hilangnya bikarbonat (misalnya drainase fistula, dan diare)
g)            Monitor gejala gagal nafas ( missal; PaO2 rendah dan peningkatan PcO2, serta kelelahan otot pernafasan
h)            Berikan oksigen secara adekuat
i)              Berikan dukungan ventilator mekanik jika perlu
j)              Monitor tanda – tanda memburuknya ketidakseimbangan elektrolit
k)            Monitor status neurilois pasien

b.      Diagnosa keperawatan : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deprei pusat pernafasan
Ditandai dengan:
1)      Perubahan dakam frekuensi dan kedalaman pernafasan
2)      Dispnea/ peningkatan kerja pernafasan, penggunaan otot-otot aksesori
3)      Penurunan kapasitas vital/ volume paru total
4)      Takipnea/ bradipnea atau henti nafas bila dilepaskan dari ventilator
5)      Sianosis
6)      Penurunan PO2 dan SaO2, peningkatan PCO2
7)      Peningkatan kegelisahan, ketakutan, dan laju metabolic
Kriteria Hasil:
1)      Membuat/mempertahankan pola pernafasan efektif melalui vetiltor dengan tidak ada retraksi/penggunaan otot aksesori, sianosis, atau tanda lain hipoksia.
2)      AGD/ saturasi oksigen dalam rentang normal
3)      Berpartisipasi dalam upaya penyapihan  (dengan tepat) dalam kemampuan individu
4)      Menunjukkan perilaku untuk mempertahankan fungsi pernafasan
Intervensi keperawatan:
1)      Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan, jarak antara pernafasan spontan dan nafas ventilator
Rasional: Pasien pada ventilator dapat mengalami hiperventilasi/ hipoventilasi, dispnea dan berupaya memperbaiki kekurangan dengan bernafas berlebihan
2)      Auskultasi dada secara periodik, catat ada/tidak  dan kualitas bunyi nafas, bunyi nafas tambahan, juga kesimetrisan gerakan dada.
Rasional : Memberikan informasi tentang aliran udara melaui trakeobronkial dan ada/ tidaknya cairan.
3)      Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila mungkin
Rasional : Peninggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur sementara masih pada ventilator secara fisik dan psikologi menguntungkan
4)      Jumlahkan pernafasan pasien 1 menit penuh dan bandingkan untuk menyusun frekuensi yang diinginkan/ventilator
Rasional : Pernafasan sangat bergantung pada masalah yang memerlukan bantuan ventilator. Pernafasan yang cepat dapat menghasilkan alkalosis respiratori sedangkan pernafasan yang lambat  (Hipoventilasi) menghasilkan asidosis respiratorik.
5)      Periksa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi air.  Alirkan  selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien atau kembali ke wadah
Rasional : Lipatan selnag mrncegah pengiriman volume adekuat dan meningkatkan tekanan jalan nafas. Air mencegah distribusi gas dan pencetus pertumbuhan bakteri
6)      Pertahankan perlengkapan  resusitasi di samping tempat tidur dan ventilasi manual kapanpun diindikasikan
Rasional : Memberikan/menyediakan ventilasi yang adekuat bila pasien atau alat menuntut pasien sementara dilepas dari ventilator
7)      Bantu pasien dalam control pernafasan bila penyapihan diupayakan /dukungan ventilator dihentikan selamaprosedur/aktivitas
Rasional : Meltih pasien untuk bernafas lambat, lebih dalam, praktik nafas dalam, praktik nafas abdomen/nafas bibir, member posisi yang nyaman dan penggunaan teknik relaksasi, dapat membantu memaksimalkan fungsi pernafasan

c.       Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan batuk
Ditandai dengan :
1)      Perubahan frekuensi atau kedalaman pernafasan
2)      Sianosis
3)      Bunyi nafas tak normal
4)      Ansietas/gelisah
Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas dan aspirasi dicegah
Intervensi keperawatan:
1)      Kaji kepatenan jalan nafas
Rasional : Obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi secret, perlengkatan mukosa, perdarahan, spasme bronkus dan masalah dengan posisi trakeostomi/  selang endotrakeal
2)      Evaluasi gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi  nafas bilateral
Rasional : Gerakan dada simetri dengan bunyi nafas melalui area paru menunjukkan letak selang tepat / tak menutup jalan nafas. Obstruksi jalan nafas bawah menghasilkan perubahan bunyi nafas seperti ronki, mengi.
3)      Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batukselama penghisapan.
Rasional: meningkatkan keefektifan upaya batuk dan pembersihan secret
4)      Ubah posisi tubuh dan berikan cairan sesuai dengan kemampuan pasien
Rasional: meningkatkan drainase secret dan ventilasi pada semua segmen paru, menurunkan resiko atelektasis
5)      Kolaborasi dengan fisioterapis dalam melakukan postural drainase dan perkusi
Rasional: meningkatkan ventilasi pada semua segmen paru dan alat drainase secret.
6)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator IV dan aerosol sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan ventilasi dan membuang secret dengan relaksasi otot halus/ spasme bronkus

d.      Diagnosa keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan /paralisis neuromuscular
Ditandai dengan: Ketidakmampuan untuk berbicara
Kriteria hasil: Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami

Intervensi keperawatan:
1)      Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi dengan pilihan arti
Rasional : alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam-macam, pasien dapat sadar atau mungkin letargik, koma atau paralisis. Metode komunikasi pasien sangat individual.
2)      Dorong keluarga atau orang terdekat bicara dengan pasien, berikan informasi tentang keluarga dan kejadian sehari hari
Rasional: Orang terdekat dapat merasa sadar diri  dalam perbincangan satu arah dan dapat menurunkan rasa kaku.
3)      Buat cara-cara komunikasi contoh memperhatikan kontak mata, tanyakan pertanyaan ya/tidak,  kertas/pensil, gambar/alphabet, gunakan tanda bahasa yang tepat.
Rasional: kontak mata menjamin komunikasi pasien
4)      Pertimbangkan bentuk komunikasi bila IV terpasang
Rasional: posisi IV pda tangan/pergelangan dapat membatasi kemampuan untuk menulis atau membuat tanda.

e.       Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan ketergantungan pada dukungan ventilator
Ditandai dengan :
1)      Peningkatan otot/tegangan wajah
2)      Insomnia/gelisah
3)      Terlalu waspada
4)      Ketakutan, penuh keragu-raguan
5)      Focus pada diri/bicra negative tentang diri
6)      Menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
Kriteria hasil:
1)      Menyatakan kesadaran perasaan dan cara sehat untuk menerimanya
2)      Menunjukkan keterampilan/ perilaku pemecahan masalah untuk mengatasi situasi yang ada
3)      Melaporkan ansietas /takut menurun sampai tingkat dapat ditangani
4)      Ampak rileks dan tidur/istirahat sesuai

Intervensi keperawatan:
1)      Identifikasi persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari situasi
Rasional: mengidentifikasi lingkup masalah individu dan mempengaruhi pemilihan intervensi
2)      Observasi respon fisik contoh: gelisah, perubahan tanda vital, gerakan berulang. Catat kesesuaian data verbal dan non verbal
Rasional: berguna dalam mengevaluasi luas dan derajat masalah, khususnya bila dibandingkan dengan pernyataan verbal
3)      Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan rasa takut
Rasional: memberikan kesempatan untuk menerima masala, memperjelas kenyataan takut, dan menurunkan ansietas sampai ke tingkat yang dapat diterima
4)      Akui ansietas dan takut terhadap situasi. Hindari pemberian keyakinan yang tak berarti bahwa segalanya akan baik
Rasional: memvalidasi kenyataan situasi tanpa tanpa meminimalkan dampak emosi. Memberikan kesempatan  pada pasien/ orang terdekat menerima dan mulai menerima apa yang terjadi, menurunkan anietas.
5)      Identifikasi/kaji pasien/orang terdekat tentang pencegahan keamanan yang diambil. Contoh, marah dan suplai oksigen, alat darurat pada tangan untuk menghisap. Diskusikan dan kaji system alarm
Rasional: memberikan keyakinan untuk membantu mengatasi ansietas yang tidak perlu. Menurunkan masalah ketidaktahuan dan perencanaan untuk respons dalam situasi darurat.
6)      Catat reaksi orang terdekat . berikan kesempatan untuk diskusi perasaan pribadi/ masalah dan harapan yang akan datang.
Rasional: anggota keluarga yang mempunyai respon individual terhadap apa yang terjadi , dan ansietas mereka dapat dikomunikasikan pada pasien .
7)      Identifikasi kekuatan koping sebelumnya.
Rasional: memfokuskan perhatian pada kekuatan diri sendiri dan meningkatkan rasa control.
8)      Berikan/dorong altivitas olahraga, waktu senggang dalam kemampuan individu, contoh kerajinan tangan, menulis, menonton televisi.
Rasional: meskipun tidak mampu dan tergantung pada ventilator, aktivitas yang normal pada individu harus tetap diertahankan untuk meningkatkan kualitas hidup.

f.       Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap perubahan membrane mukosa oral berhubungan dengan ketikmmpuan menelan cairan oral
Criteria hasil: Menunjukkan penurunan  gejala
Intervensi keperawatan:
1)      Lihat secara rutin rongga mulut, gigi, gusi, terhdap adanya lesi, luka, perdarahan
Rasional: identifikasi dini masalah memberikan kesempatan untuk intervensi atau pencegahan dengn tepat
2)      Berikan perawatan mulut secara rutin dan s esuai kebutuhan, khususnya pada pasien dengan intubasi oral.
Rasional: mencegah pengeringan/luka membrane mukosa dan menurunkan media pertumbuhan bakteri. Meningktakan kenyamanan
3)      Ubah posisi selang endotrakeal/ jalan nafas pada jadwal teratur.
Rasional: menurunkan resiko luka bibir dan membrane mukosa mulut
4)      Berikan pelembab bibir
Rasional: mempertahankan kelembaban dan mencegah kekeringan mulut

g.      Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan kemampuan mencerna  dan peningkatan kebutuhan metabolic
Ditandai dengan :
1)       Penurunan berat badan
2)      Nafsu makan menurun
3)      Melaporkan gangguan sensasi pengecap
4)      Tonus otot buruk
5)      Luka, inflamasi rongga mulut
6)      Bunyi usus tidak ada/hiperaktif
Kriteria hasil:
1)      Menunjukkan pemahaman kebuthan diet individu
2)      Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium normal
Intervensi keperawatan:
1)         Evaluasi kemampuan makan
        Rasional: pasien dengan selang trakeostomi mampu makan, tetapi pasin dengan selang endotrakeal harus makan melalui parenteral atau selang makanan
2)         Observasi penurunan penurunan otot umum
        Rasional: gejala ini indikasi penurunan energy otot dan dapat menurunkan fungsi otot pernafasan.
3)         Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: kehilangan berat badan bermakna dan pada saat ini dan masukan makanan yang buruk  memberikan petunjuk tentang katabolisme.
4)         Berikan makanan lembut sering dalam jumlah kecil/ mudah dicerna bila mampu menelan
Rasional: mencegah kelelahan berlebihan, meningkatkan pemasukan dan menurunkan resiko distress gaster
5)         Dorong/berikan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari dalam toleransi jantung
Rasional: mencegah dehidrasi yang dapat meningkat  dengan peningkkatan kehilangan cairan yang tidak tampak
6)         Kaji fungsi GI: adanya kualitas bunyi nafas, catat erubahan lingkar abdomen, mual, muntah. Observasi perubahan gerakan usus.
Rasional: fungsi system GI penting untuk penggunaan makanan enteral. Secara mekanik pasien dengan bantuan ventilasi berisiko mengalami distensi abdomen dan perdarahan gaster.
7)         Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhn nutrisi sesuai indikasi
Rasional: Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan selama ventilasi untuk memperbaiki otot pernafasan.
8)         kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional: memberikan informasi tentang dukungan nutrisi yang adekuat.

h.      Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, malutrisi
Criteria hasil:
1)      Menunjukkan pemahaman factor risiko individu
2)      Mengidentifikasi intervensiuntuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
3)      Menunjukkan tenik untuk meningkatkan lingkungan aman
Intervensi keperawatan:
1)      Catat factor reiko terjadinya infeksi
Rasional : intubasi, ventilasi mekanik lama, ketidakmampuan umum , malnutrisi, usia, dan prosedur invasive adalah factor dimana pasien potensial mengalami infeksi dan lama sembuh
2)      Observasi warna, bau, karakteristik sputum
Rasional: sputum berbau purulent menunjukkan infeksi, sputum kental, lengket menunjukkan dehidrasi.
3)      Turunkan factor resiko nasokomial melalui cuci tangan yang tepat pada semua perawat, mempertahankan teknik penghisapan steril
Rasional: factor yang paling penting untuk mencegah infeksi rumah sakit
4)      Dorong nafas dalam, batuk dan sering mengubah posisi
Rasional: memaksmalkan ekspansi paru dan memobilisasi secret untuk mencegah/ menurunkan atelektasis dan akumulasi secret kental
5)      Auskultasi bunyi nafas
Rasional: adanya ronki/mengi diduga ada tahanan secret yang perlu dikeluarkan
6)      Batasi pengunjung
Rasional: individual telah dipengaruhi dan berada pada resiko tinggi mengalami infeksi.
7)      Anjurkan pasien untuk menyiapkan wadah sekali pakai untuk sputum
Raional: menurunkan tranmisi organism melalui cairan.
8)      Berikan isolasi pernafasan bila diindikasikan
Rasional: tergantung pada diagnosis  khusus pasien memerlukan perlindungan dari orang lain atau mencegah tranmisi infeksi ke orang lain.
9)      Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi.
Rasional: membantu memperbaiki tahanan umum untuk penyakit dan menurunkan resiko infeksi dari stasis secret.
10)  Dorong perawatn diri/ aktivitas sampai batasan toleransi
Rasional: memperbaiki kesehatan umum dan regangan otot  dan dapat merangsang perbaikan system imun.
11)  Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obta anti microbial
Rasional: satu atau lebih agen dapat dipergunakan tergantung pada identifikasi pathogen bila infeksi terjadi.
12)  Kolaborasi mengenai pemeriksaan laboratorium sputum.
Rasional: diperlukan untuk mengidentifikasi pathogen dan anti microbial yang tepat.

i.        Diagnosa keperawatan: resiko tinggi tinggi difungsi respons penyapihan ventilator
Criteria hasil:
1)      Secara aktif berpartisipasi dalam proses penyapihan
2)      Membuat pernafasan mandiri dengan AGD dalam rentang normal dan bebaas tanda gagal pernafasan
3)      Menunjukkan peningkatan toleransi untuk aktivitas/ berpartisipasi dalam perawatan diri sesuai kemampuan

Intervensi keperawatan:
1)      Kaji factor fisik dalam penyapihan (frekuensi jantung, irama stabil, TD, dan bunyi nafas jelas, demam, status nutria dan kekuatan otot)
Rasional: Jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan energy sehubungan dengan penyapihan, peningkatan 1 derajat suhu tubuh
Meningkatkan laju dan kebutuhan oksigen7%,
2)      Menentukan kesiapan psikologis
Rasional: penyapihan menimbulkan ansietas pada pasien sehubungan dengan masalah tentang kemampuan untuk bernafas sendiri dan kebutuhan ventilator jangka panjang
3)      Jelaskan teknik penyapihan
Rasional: membantu pasien untuk siap menghhadapi proses pennyapihan, membantu membatasi takut akan ketidak tahuan
4)      Berikan periode tidur/istirahat tanpa diganggu
Rasional: memmaksimalkan energy untuk proses penyapihan, membatasi kelelahan dan konsumsi oksigen
5)      Evaluasi/catat kemajuan pasien
Rasional: indicator bahwa  pasien memerlukan kesempatan lebih lambat untuk stabil atau perlu menghenntikan program .
6)      Kenalkan/ berikan dorongan untuk upaya pasien
Rasional: umpan balik positif memberikan kkeyakinan dan dukungan untuk melanjutkan proses penyapihan.
7)      Awasi respon terhadap aktivitas
Rasional: konsumsi/kebutuhan oksigen berlebihan meningkkatkan kemungkinan kegagalan
8)      Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi
Rasional: penurunan karbohidrat/lemak membutuhkan pencegahan produksi CO2 berlebihan dimana dapat mengganggu kemudi pernafasan.
9)      Kolaborasi dengan dokter mengenai pemeriksaan laboratorim , foto dada dan AGD
Rasional: Meyakinkan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan energy untuk penyapihan. Sinar X dada: harus menunjukkan paru bersih atau gambaran perbaikan kongesti paru atau infiltrate. GDA harus mencatat oksigenasi memuaskan pada FiO2 49% atau kurang

j.        Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis atau kebutuhan therapy
Ditandai dengan:
1)      Menolak untk belajar keterampilan baru
2)      Tidak akurat mengikuti instruksi
3)      Terjadi komplikasi yang dapat dicegah
Criteria hasil:
1)      Berpartisipasi dalam proses belajar.
2)      Menunjukkan peningkatan minat.
3)      Menunjukkan tanggunga jawab untuk belajar sendiri dan mulai mencari informasi dan mengajukan pertanyaan.
4)      Menunjukkan pemahaman terapi venti;asi mekanis.
5)      Menunjukkan perilaku/ keterampila\n baru untuk memnuhi kebutuhan individu/mencegah komplikasi.
Intervensi:
1)      Tentukan kemampuan dan keinginan untuk belajar
Rasional: kondisi fisik dapat mencegah pasien terlibat dalamperawat sebelum dan s esudah pulang
2)      Diskuskan kondisi khusus yang memerlukan dukungan ventilasi.
Rasional: memberikan pengetahuan dasar untk pasien dan orang terdekat membuat keputusan berdasarkan informasi
3)      Tingkatkan partisipasi pada perawatan  diri/ aktivitas senggang dan sosialisai dengan tepat.
Rasional: memfokuskan perhatian kembali pada aktivitas hidup yang normal, meningkatkan tahan, dan membantu mencegah depersonalisasi.
4)      Kaji masalah umum kesehtan: peran nutrisi: bantuan makan/penyediaan makanan, peningkatan aktivitas/pembatasan usus; periode istirahat sesuai dengan aktivitas.
Rasional: meningkatkan kesembuhan dan meyakinkan bahwa kebuthan individu akan terpenuhi
5)      Anjurkan orang terdekat/perawat unutk memperlajari RJP
Rasional: memberkan rasa aman tentang kemampuan untuk mengatasi situasi darurat yang dapat meningkat sampai bantuan dapat diterima
6)      Jadwalkan konferensi tim. Adakan pelatihan RS untuk perawat bila pasien akan dipulangkan dengan ventilator.
Rasional: pendekatan tim diperlukan untuk mengkoordinasikan perawatn pasien dan program pendidikan untuk memnuhi kebutuhan individual.
7)      Anjurkan pasien dan perawat mencuci tangan, dan menggunkan teknik steril untuk penghisapan, perawatn trakeostomi dan chest fisiotherapi dada
Rasional: menurunkan resiko infeksi dan meningkatkan fungsi pernafasan maksimal.
8)      Berkan demonstrasi dan tes tertulis tentang tipe khusus ventilator yang  digunakan, fungsi dan perawatan alat tersebut.
Rasional: meningkatkan pengenalan, manurunkan ansietas dan meningkaktkan percaya diri dalam melaksanakan tugas-keterampilan baru.
9)      Diskusikan apa atau kapan melaporkan ke perawat kesehtaan, contoh ada distress pernafsan, infeksi
Rasional: membantu unutk menurunkan ansietas, umum juga meningkatkan evaluasi sesuai – tepat waktu dan intervensi unutk mencegah komplikasi.
10)  Tegaskan bahwa semua kebutuhan alat ada ditempatnya dan bahwa masalah keamanan telah ditunjukkan, contoh sumber kekuatan (geneato/baterai) : alat penunjang; pemanggil pasien-sistem alarm.
Rasional: persipan sebelum pulang dapat mempermudah proses pemindahan.
11)  Hubungi pelayanan masyarakat rumah sakit
Rasional : penyalur alat rumah, therapy fisik pemberi pelayanan darurat; pelayanan social; bantuan keuangan alat dalam memperoleh alat dan fasilitas transisi rumah.
12)  Rujuk ke therapi khusus-ahli
Rasional : beberapa pasien yang tergantunng pada ventilator mampu melakukan kembali pekerjaan sementara pada ventilator atau selama harinya (sementara ketergantungan pada malam hari).

4.   Implementasi
Implementasi ialah tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan kepada klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat berupa tindakan keperawatan secara independent, dependent, dan interdependent. Tindakan independent yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tindakan dependent ialah tindakan yang berhubungan dengan tindakan medis atau dengan perintah dokter atau tenaga kesehat lain. Tindakan interdependent ialah tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain seperti ahli gizi, radiologi,fisioterapi dan lain-lain.
Dalam melakukan tindakan pada pasien dengan gagal napas perlu diperhatikan ialah penanganan terhadap tidak efektifnya bersihan jalan napas, Kerusakan pertukaran gas, Resiko tinggi kekurangan volume cairan, Ansietas/ketakutan, dan Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi.

5.   Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat ukur kerberhasilan suatu asuhan keperawatan yang dibuat. Evaluasi berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan, mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir dan untuk mengevaluasi reaksi dalam menentukan keefektifan rencana atau perubahan dalam membantu asuhan keperawatan.
Adapun evaluasi akhir dengan gagal napas adalah jalan napas efektif, tidak terjad kerusakan pertukaran gas, status volume cairan tercukupi, kecemasan berkurang,dan pengetahuan keluarga bertambah mengenai penyakit klien.