Search This Blog

Sunday, 1 May 2011

PERAWATAN TRAKHEOSTOMI DAN PROSEDUR PENGHISAPAN (SUCTIONING)


PERAWATAN TRAKHEOSTOMI DAN PROSEDUR
PENGHISAPAN (SUCTIONING)

Pendahuluan
Trakheostomi ialah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trachea untuk mengatasi asfiksia apabila ada gangguan lalu lintas udara pernafasan.
Trakheostomi di indikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan nafas bagian atas, melindungi trachea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge broncus, serta pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi.
Perawatan pasca trakheostomi yang baik meliputi :
1.      Penghisapan discharge (sputum, mucus)
2.      Pemeriksaan periodik kanul
3.      Humidifikasi buatan
4.      Perawatan luka operasi di stoma
5.      Pencegahan infeksi skunder
Perawatan kanul trakheostomi dirumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi trakheostomi, yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan nafas pasca trakheostomi.

Perubahan-perubahan Fisiologis Akibat Trakheostomi
Disamping efek pada laring yang menyebabkan pasien tidak dapat bicara, trakheostomi juga meniadakan produksi pemanasan dan pelembaban udara inspirasi. Perubahan-perubahan ini menyebabkan gagalnya silia mucosa bronkus mengeluarkan partikel-partikel tertentu dari paru, sehingga lendir menjadi kental.
Trakheostomi dapat mengganggu gerakan pengangkatan laring pada waktu menelan. Keadaan ini menyebabkan penderita enggan menelan dan sering tersedak karena aspirasi yaitu ludah masuk ke laring dan trachea.
Trakheostomi meniadakan mekanisme filtrasi saluran nafas bagian superior, mengefektifitas batuk, dan mengganggu gerakan penurunan glottis hingga sering terjadi aspirasi ludah.

Perawatan Pasca Traheostomi
Adanya kanul didalam trachea yang merupakan benda asing akan merangsang pengeluaran lendir. Lendir ini akan keluar bila penderita batuk, pada saat dilakukan penghisapan atau pada saat penggantian kanul.
Pengeluaran diseharge dengan jalan membatukkan pada penderita dengan trakheostomi tidak seefektif pada orang normal, karena penderita tidak dapat menutup glottis untuk menghimpun tekanan yang tinggi, sehingga perlu dilakukan penghisapan. Beberapa jam pertama pasca bedah, dilakukan penghisapan discharge tiap 15 menit, selanjutnya tergantung pada banyaknya discharge dan keadaan pasien. Penghisapan discharge dilakukan dengan kakter penghisap yang steril dan disposable. Pada saat penghisapan dilakukan kedalam trachea, jangan diberi tekanan negative, begitu pula antara penghisapan harus diberi periode istirahat agar udara paru tidak terlalu banyak terhisap, dengan demikian residual volume tidak banyak berkurang, setelah ujung penghisap sampai di broncns, dilakukan penghisapan perlahan-lahan sambil memutar kanul penghisap. Jika kanul trachea mempunyai kanul dalam ini harus sering diangkat dan dibersihkan.
Sebelum dilakukan penghisapan, sebaiknya pasien diberi oksigen selama 2-3 menit. Bila didapatkan secret yang kental, teteskan larutan garam fisiologis terlebih dahulu.
Dengan adanya trakheostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran nafas bagian atas menghilang. Untuk itu untuk menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.
Adapun cara untuk membuat humidifikasi udara inspirasi dapat dikerjakan dengan cara sederhana yaitu, menaruh lembaran kassa yang telah dibasahi didepan mulut kanul. Kassa tersebut diikatkan pada leher dan harus diganti setiap shift/pergantian jaga dinas.

Prosedur Penghisapan
Prosedur
1.      Cuci tangan.
2.      Siapkan alat-alat untuk suction, pastikan posisi tempat tidur pasien sudah tepat dan pas dengan perawat yang akan melakukan suction.
3.      Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien dengan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti pasien dan ps menjadi kooperatif selama tindakan.
4.      Buka bungkusan suction kateter, letakkan kateter  disebelah alat-alat yang telah disediakan.
5.      Memastikan tekanan suction yang akan diberikan yaitu 80-100 mmhg maximum untuk dewasa. Set tekanan suction sesuai ketentuan, jika tekanan suction terlalu tinggi, dapat menyebabkan colaps paru atau terjadi kerusakan jaringan/sel-sel trachea. Namun jika terlalu kecil/rendah tekanan yang diberikan dapat menyebabkan tidak efektifnya penghisapan. Kesalahan dalam memberikan tekanan penghisap pada ps dapat membahayakan pasien, karena dalam melakukan penghisapan tidak hanya lendir yang keluar tapi juga udara.
6.      Pasang slang cateter kedalam lubang penghisap.
7.      Buka bungkus container suction set penampung mucus (container) dengan hanya menyentuh bagian luarnya saja. Isi container suction dengan cairan pembunuh kuman,isi cairan fisiologis kedalam com steril yang sudah disediakan untuk melakukan pembilasan pada saat melakukan penghisapan.
8.      Lakukan hiperventilasi terlebih dahulu, bisa dengan ambubag dengan cara manual, dan dapat dengan memberikan oksigen selama 2-3 menit. Hal ini sangat penting dilakukan sebelum melakukan penghisapan.
9.      Pasang sarung tangan steril dengan tehnik tangan yang dominant dijaga kesterilannya, dan tangan yang non dominant menjadi yang tidak steril (non steril), dengan tangan yang tidak steril dapat membantu saat petugas memasukkan slang kateter kedalam lubang trakhea.
10.  Ambil slang kateter dari bungkus dengan tangan yang tidak steril, pasangkan ujung slang kelubang slang container suetion dengan membiarkan slang kateter masih didalam bungkusan untuk menjaga kesterilannya. Untuk menjaga kateter penghisap tetap steril lalu pegang ujung kateter suction yang steril dengan tangan yang steril pula.
11.  Lakukan penghisapan dengan terlebih dahulu memasukkan slang suction kedalam cairan normal saline, untuk mengetahui tekanan yang diberikan apakah sudah efektif/belum.
12.  Tutup lubang penghisap dengan jempol saat dilakukan penghisapan. Saat memasukkan cateter penghisap putar-putar slang cateter. Gerakan yang constant dan teratur dapat mencegah iritasi dan mengurangi kerusakan jaringan-jaringan trachea yang sensitive. Biasanya penghisapan yang dilakukan dengan waktu yang singkat dan tepat dapat mengurangi kerusakan jaringan trachea. Selama penghisapan cateter masuk kedalam trachea kira-kira 2-3 cm disisakan bagian yang masuk. Sebab terlalu dalam masuknya kateter dapat menyebabkan iritasi, kerusakan trachea, khususnya bagian carina yang sensitive. Ketika jika terjadi hambatan/halangan, atau pasien batuk, tarik kateter 1 cm dan lanjutkan penghisapan dengan menarik kateter. Waktu yang baik selama melakukan penghisapan (dari memasukkan kateter sampai dengan menarik kateter keluar) tidak melebihi 10 detik.
13.  Menganjurkan pasien untuk bernafas, atau batuk diantara waktu penghisapan. Mengganti slang pernafasan agar pasien dapat menghirup udara selama dilakukan penghisapan.
14.  Observasi respon pasien, gambaran muka atau batuk dapat mengindikasikan kateter terlalu dalam masuk dan terjadinya iritasi pada mucosa tracheal atau carina. Observasi adanya distress pernafasan. Jika pasien tampak mengalami distress pernafasan stop penghisapan segera. Pada keadaan demikian tanyakan pada pasien keadaannya lalu monitor tanda-tanda vital pasien.
15.  Bilas kateter dengan cairan fisiologis.
16.  Ulangi … prosedur yang penting dengan selalu memperhatikan kemampuan pasien selama melakukan tindakan.
Indikasi untuk melakukan penghisapan ulang:
a.       Masih tampak lender dan bunyi stridor
b.      Lender tampak pada lubang trakheos….
c.       Saturasi O2 mengalami penurunan
d.      Pasien meminta untuk dilakukan penghisapan lagi
17.  Matikan mesin penghisap.
18.  Lepaskan slang kateter dari lubang penghisap. Bungkus kateter kedalam sarung tangan kemudian buang. Buang kateter dan cairan pembilas kemudian bereskan semua peralatan yang sudah dipakai.
19.  Cuci tangan.
20.  Atur kembali posisi pasien, kaji keefektifan selama dilakukan penghisapan.
21.  Catat waktu melakukan penghisapan, pengeluaran lender, konsistensi, warna, jumlah pengeluaran (secret) catat respon pasien, suara paru, tanda-tanda vital, dan saturasi oksigen selama dilakukan penghisapan.

No comments:

Post a Comment